Intisari-Online.com – Kelahiran seorang bayi memang suatu anugerah yang tak terhingga. Karena itu sedikit saja perubahan terjadi pada bayi, akan membuat orangtua panik.
Tak mengherankan bila seorang ibu meraba tubuh bayinya hampir setiap saat, untuk memastikan apakah suhu tubuhnya berubah. Kotoran bayi pun tak luput dari perhatian orangtua.
Mungkin belum banyak ibu-ibu yang tahu bahwa dengan melihat kotoran bayi bisa diketahui kondisi kesehatannya. Dalam batas-batas tertentu, sesuai dengan makanan yang dikonsumsi oleh bayi, kotorannya pun akan berubah.
(Baca juga: Tips Menenangkan Bayi Menangis)
Selain itu, setiap kali bayi menuju fase-fase pertumbuhan, biasanya kerap diikuti perubahan bentuk kotoran. Misalnya, saat bayi belajar duduk, merangkak, berjalan tak luput dari perubahan bentuk kotorannya.
Tiga bulan sebelum lahir, di dalam usus janin sudah ada kotoran, yang berasal dari sisa-sisa lendir yang disebut mekonium. Umumnya berwarna kehijauan dan akan keluar 24 jam setelah bayi lahir.
Untuk itu jangan kaget bila bayi Anda sudah mengeluarkan kotoran walaupun ia belum mendapat ASI. Kotoran itu akan lebih cepat lagi keluarnya bila bayi segera diberi ASI. Ini karena ASI yang mula-mula keluar (kolostrum) akan merangsang bekerjanya sistem pencernaan bayi.
(Baca juga:Perlu Diketahui, Bayi Tak Perlu Bedak dan Minyak!)
Tetapi kalau saluran pencernaan bayi tersumbat, kotoran ini tentu tidak bisa keluar. Karena itu bila setelah dua hari dikeluarkan bayi belum juga buang kotoran, dokter di rumah sakit bersalin akan melakukan pemeriksaan.
Kotoran peralihan
Bila bayi Anda sudah minum ASI atau susu formula, kotoran yang akan dikeluarkan disebut kotoran peralihan. Kotoran ini susunannya lain dari kotoran sebelumnya, karena makanan yang didapat bayi pada masa ini berbeda dari makanan yang diterimanya semasa masih di dalam kandungan.
Bila sebelumnya makanan diserap melalui plasenta dan langsung ke sistem peredaran darah janin, maka setelah lahir makanan disalurkan masuk ke dalam pencernaan.
Kotoran peralihan ini biasanya berwarna hijau agak kecokelatan. Bentuknya encer dan frekuensi keluarnya lebih sering. Kadang kala warna kotorannya hijau terang dan untuk mengeluarkannya bayi sedikit mengejan.
Kotoran bayi yang minum ASI berbeda dengan kotoran bayi yang mendapak susu bubuk. Bayi ASI kotorannya berwarna kuning agak jingga. Baunya khas karena seperti susu asamaton bentuknya mirip mustard.
Kadang-kadang di dalam kotorannya terdapat kepingan-kepingan, seperti biji cabai berwarna hijau. Hal ini merupakan sisa-sisa dari lendir atau kotoran mekonium.
Sedangkan bayi yang mendapatkan susu formula akan mengeluarkan kotoran lebih keras dengan warna lebih gelap. Baunya sudah seperti kotoran orang dewasa.
Bahkan kalau bayi sudah mendapatkan susu formula sejak lahir, ia akan lebih jarang buang kotoran dibandingkan dengan bayi yang diberi ASI saja. Tetapi 2 – 3 minggu kemudian bayi akan buang air besar 1 – 3 kali sehari.
Kerasnya kotoran bayi susu formula ini lantaran ampas susu formula jauh lebih kasar dibandingkan dengan ampas ASI, sehingga kemungkinan memadat di usus besar lebih banyak.
Kotoran bayi yang mendapat ASI biasanya juga tidak menimbulkan gangguan pada kulit. Tetapi bayi yang diberi susu formula biasanya akan mengalami lipatan paha berwarna kemerahan, bahkan sering sampai lecet.
Kotoran juga dapat dijadikan tanda apakah kesehatannya terganggu atau tidak. Bila banyi menderita sakit, bentuk kotorannya bisa berubah menjadi encer atau berair, warnanya kehitaman dengan bau yang tidak khas (menyengat).
Kotoran itu juga berbusa agak panas, dan tidak lengket. Sementara setiap kali akan buang air besar bayi menangis, gelisah, atau merintih-rintih.
(Baca juga:Untuk Para Perempuan Pekerja Kantoran, Begini Menghilangkan Nyeri karena Memakai Sepatu Hak Tinggi)
Sementara bayi yang sehat diam saja sewaktu buang air dan mengejan. Bila kesehatan terganggu kotoran juga disertai lendir, frekuensi buang air meningkat (sehari bisa 6 – 7 kali) dan bentuknya berubah-ubah.
Seperti disebutkan di atas, setiap kali bayi memasuki tahapan pertumbuhan, juga acap disertai perubahan kotoran. Yang paling khas adalah kotorannya menjadi encer atau mencret dan berbusa.
Hal itu terjadi saat bayi mulai belajar duduk, merangkak, berjalan (berdiri). Perubahan kotoran di fase pertumbuhan (perkembangan gerak) ini tidak perlu dikhawatirkan.
(Baca juga:15 Fakta Konyol yang Sangat Sulit Dipercaya Namun Benar-benar Terbukti)
Hal itu disebabkan kontraksi berbagai otot anggota gerak atau otot perutnya. Peningkatan kebutuhan energi, membuat bayi sering lapar. Sehingga secara alami terjadi pula kerja pencernaan secara ekstra. Alhasil, tinja pun cenderung berubah-ubah.
Akan tetapi, tidak tertutup kemungkinan pada saat itu bayi mengalami kelelahan fisik. Akibatnya, ia cenderung mengalami demam sebagai efek sampingan perkembangan tersebut. Untuk itu diperlukan makanan tambahan yang benar sesuai usia dan fase pertumbuhannya.
Sementara itu jika terjadi perubahan yang mencurigakan pada kotoran bayi, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter atau bidan terdekat. Jangan berusaha mengatasi sendiri. (Kumpulan Artikel Kesehatan Anak)