Intisari-Online.com - Menjadi komuter atau penglaju sudah jamak di kota-kota besar. Ketika harga tanah di pusat kota mahal, orang lalu cenderung mencari rumah di pinggir kota,namun tetap bekerja di pusat kota. Jaraknya bervariasi, mulai dari 20 km sampai 50 km. Perjalanan yang memakan waktu ini, terlebih di beberapa kota besar seperti Jakarta sering terjadi kemacetan, ternyata menyimpan bahaya.
Posisi tak berpindah-pindah ini memiliki efek merugikan pada kardiovaskular dan kesehatan metabolik. Penemuan terbaru menambahkan bahwa bepergian jarak jauh setiap hari untuk bekerja menggunakan kendaraan atau menumpang angkutan umum berhubungan dengan berkurangnya kebugaran cardiorespiratory (CRF), meningkatnya berat tubuh, dan indikator-indikator lain risiko metabolik. Hasil penelitian itu dipublikasikan di American Journal of Prevention Medicine edisi Juni 2012. CRF merujuk ke kemampuan sistem pernapasan dan sirkulasi darah tubuh untuk menyuplai oksigen ke otot-otot selama aktivitas fisik yang berkesinambungan.
Para peneliti mempelajari 4.297 penduduk yang tinggal dan bekerja di 11 county(semacam kabupaten) di Dallas-Fort Worth atau Austin, wilayah metropolitan Texas. Jarak komuter mereka dihitung menggunakan peranti lunak ArcGIS9 dan dihitung jarak terpendek dari rumah ke kantor sepanjang jaringan jalan. CRF, indeks massa tubuh (BMI), dan variabel-variabel risiko metabolik termasuk lingkar pinggang, trigliserida saat puasa, gula darah saat puasa, kolesterol HDL (high-density lipoprotein), dan tekanan darah diukur juga. Aktivitas fisik dari sedang hingga berat selama tiga bulan sebelumnya juga dinilai.
Hasilnya, para penglaju ini dilaporkan memiliki masalah dalam aktivitas fisik sedang sampai berat, berkurangnya CRF serta naiknya BMI, lingkar pinggang, dan tekanan darah. Meski aktivitas fisik dan CRF disesuaikan, hasilnya tetap saja. Mereka yang menglaju lebih dari 15 mil (sekitar 24 km) bisa jadi tak memiliki waktu unruk melakukan aktivitas fisik berat dan memiliki kecenderungan obesitas. Sedangkan penglaju dengan jarak sekitar 16 km dikaitkan dengan tekanan darah tinggi.
Kepala penelitian, Christine M. Hoehner, Ph.D., MSPH, dari Universitas Washington di St Louis, Missouri, menjelaskan bahwa jarak rumah - kantor yang lebih jauh akan menimbulkan pengurangan energi secara keseluruhan. Terlebih wilayah Dallas-Fort Woeth termasuk 5 teratas daerah yang sibuk. "Dan mereka yang menjadi komuter lebih banyak terpapar kemacetan sehingga meningkatkan kadar stres dan lebih banyak waktu habis duduk di kendaraan," kata Hoehner.
Nah, bagi komuter perlu menyiasati agar risiko kesehatan yang memperburuk kondisi Anda. Melakukan senam di kendaraan atau mendengarkan musik selama perjalanan bisa mengurangi kelelahan dan stres akibat macet.