Intisari-Online.com - Informasi tentang inisiasi menyusui dini (IMD) merupakan hal penting untuk diketahui lebih jauh. Tak hanya oleh ibu yang tengah atau akan menyusui, IMD penting diketahui segenap masyarakat yang peduli pada pencegahan kematian anak akibat gizi buruk. Apakah IMD itu?
IMD, gamblangnya, berarti upaya agar bayi memperoleh ASI ekslusif sejak dini. Semua bayi yang baru lahir, baik secara normal maupun prematur, asalkan bayinya menangis kuat, perlu IMD.
Caranya, setelah lahir dan menangis, bayi langsung diletakkan di perut ibu (kulit ibu bersentuhan dengan kulit bayi). Biar tak kedinginan, bisa diselimuti. Selanjutnya, secara alamiah, sang bayi akan merangkak mencari puting susu ibunya dan mengisap. Proses ini biarkan berlangsung sampai bayi berhenti menyusu dengan sendirinya.
Manfaat IMD sangat besar. Keberhasilan IMD bakal membantu keberhasilan menyusui ASI eksklusif selama 6 bulan. Kemudian ASI diteruskan sampai anak berusia 2 tahun.
IMD juga akan mengurangi angka kematian bayi baru lahir. Oleh karena itu, setiap ibu harus dibantu agar mendapat kesempatan untuk menyusui mulai satu jam pertama. Hasilnya sangat membantu tercapainya tujuan Millenium Development Goals (MDGs). Tepatnya poin nomor 4, yaitu mengurangi angka kematian anak.
Hambatan IMD bisa berasal dari dua hal. Pertama, kadang ibu tidak berhasil memberikan ASI ekslusif karena ketidakmampuan bayi mengisap ASI dengan benar. Penyebabnya, penolong persalinan yang memisahkan bayi dari ibunya begitu bayi dilahirkan. Ini menghambat naluri anak.
Kedua, serbuan susu formula. Di beberapa rumah sakit atau klinik tempat bersalin, IMD sering tak diizinkan pihak otoritas setempat. Alasannya bisa macam-macam. Namun, ujung-ujungnya setiap bayi yang baru lahir biasanya diarahkan untuk diberi susu formula.
Umumnya institusi pelayanan medis di negeri ini memang menganggap konsumen medis sebagai pasien dalam arti sesungguhnya. Pasien adalah pihak yang pasif. Dengan begitu, pasienlah yang harus menyesuaikan dengan kebijakan RS. Padahal, seharusnya pasien pun berhak untuk memilih.
Sesungguhnya, hilangnya kesempatan memperoleh ASI bisa berdampak gawat. Di antaranya menyebabkan lebih dari 5 juta anak balita menderita kurang gizi, dan sekitar 1,7 juta mengalami gizi buruk. (Q & A: Smart Parents for Healthy Children)