Intisari-Online.com - “Lari itu kadung dianggap sebagai alat hukuman,” papar Reza Puspo, pendiri komunitas Indo Runners, mengawali percakapan. Bayangkan saja saat di sekolah misalnya, ada saja guru yang “iseng” menghukum muridnya dengan lari keliling lapangan karena tidak mengerjakan pekerjaan rumah. Trauma berkepanjangan pun lekat. Makanya tak jarang lari dianggap sebagai olahraga yang menyebalkan.
Orang bisa saja mengernyitkan dahi ketika diajak mengolah tubuh dengan cara lari. Alasannya beragam; mulai dari capek, malas, hingga trauma semasa sekolah tadi. Sayangnya stereotipe macam ini masih suka terbawa. Akibatnya, awalnya Reza kesulitan dalam mencari teman lari.
Hingga muncul aneka teknologi atau aplikasi yang memudahkan pelari. Ada jam tangan, sepatu, dan aplikasi telepon genggam dengan rancang khusus. Fitur yang ditawarkan pun bermacam. Tak hanya memudahkan, tapi juga memotivasi pelari dalam meningkatkan performa lari. Bagi Reza sendiri, peran teknologi pelari ini sangat besar. Ia menganalogikannya dengan mobil ber-speedometer. Lari tanpa memanfaatkan teknologi pelari ini sama halnya dengan menyetir mobil, minus speedometer.
Dampaknya tentu saja kita tak akan tahu berapa kecepatan lajuan mobil. Kita tak tahu secara detail apa yang sedang kita lakukan. Walhasil, kita pun buta tentang progres diri kita sendiri. Dalam hal ini, progres lari. Lari, bagi Reza adalah membangun dan mentransformasi badan dan pikiran secara bertahap. Lari bukanlah balapan. Makanya, Reza menganggap pelbagai teknologi yang membantu pelari ini sangatlah berguna. Kita bisa melihat catatan aktivitas lari untuk mencapai target dengan cara yang lebih baik.
Misalnya ada teknologi dari PT Nike Indonesia dengan Nike+ Running-nya atau PT Adidas Indonesia dengan miCoach-nya. Namun, jangan salah. Secanggih apa pun teknologi yang membantu pelari, lagi-lagi semuanya kembali ke tekad kita. Alat sekadar alat, hanya membantu. Pelaksanaannya pastilah tergantung diri sendiri. Awalnya mungkin susah buat yang jarang bergerak.
Nah, agar termotivasi ada baiknya kita lari bareng teman. Menurut Reza, cara ini merupakan salah satu formula paling gampang dalam membiasakan diri menembus jarak atau waktu tempuh tertentu. Lari bersama teman ini juga bikin lari tidak terasa melelahkan, apalagi membosankan.
Bila belum punya teman lari, bolehlah bergabung dengan kegiatan lari rutin yang digelar Indo Runners. Bisa ikut yang Minggu pukul 6.30 atau Kamis pukul 19.30, dengan jarak tempuh yang berbeda. “Minggu pagi bisa sekitar 9 km, kalau Kamis malam hanya 5 km,” imbuh Reza. Kesemuanya kumpul terlebih dahulu di FX, Senayan. Kegiatan ini juga tak dipungut biaya. Ajak juga teman-teman karena semakin banyak teman, semakin menyenangkan.
Yuk!