Intisari-Online.com - Penelitian telah lama menunjukkan bahwa trauma kepala, sesuatu yang tidak dapat dihindari para petinju bertahun-tahun, ditempatkan sebagai salah satu penyebab keruksakan otak permanen.
Sel otak secara umum tidak dapat memperbaiki dirinya sendiri (seperti halnya sel bagian tubuh lainnya). Jadi, ketika neuron mengalami kerusakan, dia akan tetap rusak. American Medical Association dan British Medical Association menyerukan larangan bertinju, setelah mengutip data kerusakan otak pada para petinju profesional.
Sekarang, sebuah penelitian, yang akan dipresentasikan pada American Academy of Neurology's 59th Annual Meeting, menunjukkan bahwa tinju amatir juga meningkatkan risiko cedera otak.
Untuk bukti, para peneliti menusuk tulang sumsum tulang belakang subjek penelitian untuk mengukur jumlah bahan kimia tertentu dalam cairan otak petinju, suatu cairan yang membantu melindungi otak dari perubahan tekanan yang mengagetkan dan tajam. Penelitian tersebut menemukan peningkatan kadar dari “cairan penanda” tersebut menunjukkan kerusakan otak setelah seseorang bertinju.
Petinju terkenal Muhammad Ali saat ini hidup dengan sindrom Parkinson, gangguan pada sistem saraf yang disebabkan degenerasi sekelompok sel otak yang turut berpesan dalam menggerakan tubuh. Belum ada bukti pasti penyebab kelainan yang dialami Ali (yang menyebabkan tremor, lambatnya gerakan dan kekakuan otot) disebabkan oleh karier tinjunya. Meski demikian, Parkinson dikaitkan dengan trauma kepala.
Mendorong anak yang ingin menjadi petinju agar memilih sepakbola bisa jadi pilihan. Penelitian yang sama, seperti yang dilakukan pada tinju amatir, juga dilakukan pada pemain sepakbola. Hasilnya menunjukkan tidak adanya hubungan antara menyundul bola berulang-ulang dengan kerusakan otak. (LifesLittleMysteries)