Intisari-Online.com – Bepergian dengan pesawat terbang bagi beberapa orang bisa menyebabkan nyeri di leher, sementara pada beberapa yang lain bisa menyebabkan sakit di telinga. Rasa nyeri ini menyebabkan pendengaran kita menjadi tidak jelas selama berjam-jam setelah mendarat. Bahkan bisa menyebabkan gejala buruk yang mencakup perdarahan atau gangguan pendengaran semata.
Kondisi ini sangat umum dan disebabkan oleh perubahan yang cepat karena ketinggian atau tekanan udara yang menyebabkan tekanan menjadi tidak sama antara telinga tengah dan udara luar telinga kita. Hal ini membuat tonjolan gendang telinga keluar atau menarik kembali ke dalam, hingga menimbulkan rasa sakit, bahkan dapat menyebabkan gendang telinga pecah (terkadang hingga berdarah). Mungkin ini sama seperti yang kita alami saat berenang atau melewati pegunungan.
Menelan atau menguap dapat membantu meringankan ketidaknyamanan, karena tabung Eustachio, yang menghubungkan telinga tengah ke bagian belakang hidung, terbuka dan memungkinkan udara mengalir masuk atau keluar dari telinga tengah, menyamakan tekanan. Jika kita mengalami sesak karena pilek atau alergi, tabung ini dapat tertutup, menyebabkan nyeri, suara teredam, dan gangguan pendengaran sementara.
Untuk mencegah hal ini terjadi pada penerbangan berikutnya, fitsugar menyarankan kita mengonsumsi obat dekongestan sekitar 30 sampai 60 menit sebelum penerbangan. Ini akan membantu untuk mengeringkan lendir dari hidung dan sinus. Sementara saat terbang, kunyahlah permen karet atau menghisap obat batuk. Ini akan mendorong kita untuk sering menlan, yang membantu mengaktifkan otot-otot yang membuka tabung Eustachio. Jangan tidur ketika pesawat lepas landas atau mendarat, sehingga kita menyakinkan diri sendiri bahwa kita sering menelan. (*)