Intisari-Online.com - Data terbaru Health Metrics and Evaluation (IHME) di University of Washington menunjukkan adanya penurunan kecenderungan merokok secara global. Ironisnya, di Indonesia justru mengalami peningkatan.
Secara global, prevalensi merokok berdasarkan usia sudah menunjukkan penurunan sebanyak 42% di kalangan wanita, dan 25% di kalangan pria, antara 1980 dan 2012.
Diketahui empat negara yang berhasil memangkas angka prevalensi hingga separuhnya sejak 1980 yaitu Kanada, Islandia, Meksiko dan Norwegia.
Di Indonesia, prevalensi merokok sangat bervariasi antara pria dan wanita. Pada 2012, 57% pria Indonesia digolongkan sebagai perokok aktif, dan tercatat sebagai kedua tertinggi di dunia.
Wanita Indonesia, memperlihatkan prevalensi merokok sebanyak 3,6%. Angka yang sangat kecil dibandingkan para pria perokok. Sementara Cina, Taiwan, Vietnam dan negara-negara lain di Asia Timur dan Asia Tenggara memperlihatkan kecenderungan yang sama, antara kebiasaan merokok antara pria dan wanita.
Secara global, meskipun prevalensi memperlihatkan penurunan, pertumbuhan populasi yang substansial di seluruh dunia antara 1980 dan 2012 menyumbangkan sebesar 41% pada jumlah pria perokok harian dan 7% pada jumlah wanita perokok.
Penelitian yang bertajuk ”Smoking Prevalence and Cigarette Consumption in 187 Countries, 1980-2012” diterbitkan pada tanggal 8 Januari di Journal of the American Medical Association dalam edisi khusus yang didedikasikan untuk membahas masalah tembakau.
Menanggapi temuan tersebut, Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nafsiah Mboi mengungkapkan keprihatinannya. Sepatutnya, bangsa Indonesia sadar bahwa merokok dapat memberikan dampak negatif pada kondisi kesehatan serta biaya kesehatan di negara kita.
"Tentunya ini juga merupakan fakta bahwa kami akan terus berkomitmen dalam melakukan tindakan nyata dalam mengurangi angka tersebut di Indonesia untuk kepentingan seluruh masyarakat, dan membantu mengurangi angka penyakit yang disebabkan oleh tembakau di seluruh dunia," ujar Nafsiah dalam pernyataan yang diterima Tribunnews.com, Kamis (9/1/2013).
Direktur IHME Dr. Christoper Murray menuturkan pengawasan tembakau menjadi kunci penting untuk menurunkan angka prevelensi merokok.
Hal senada turut diutarakan Laurate Professor di University of Melbourne Alan Lopez.
“Karena kita tahu bahwa separuh dari para perokok akan meninggal dunia disebabkan oleh tembakau, peningkatan jumlah perokok berarti semakin tinggi pula angka kematian dini dalam kehidupan kita," katanya. (Daniel Ngantung/tribunnews.com)