Kelelahan adalah gejala yang samar-samar lain yang bisa mengarah ke kanker pada pria, meski ada banyak masalah lain yang bisa menyebabkan kelelahan juga. Seperti demam, kelelahan dapat terjadi setelah kanker telah berkembang. Namun menurut American Cancer Society , hal itu juga sering terjadi di awal kanker seperti leukemia, kanker usus besar, atau kanker perut. Jika Anda sudah banyak beristirahat namun lelas masih terus mendera, sebaiknya Anda memeriksakan diri ke dokter.
9. Batuk Persistan
Yakni batuk yang berlangsung lebih dari 3-4 minggu. Batuk itu bisa dibarengi pilek, flu, dan alergi, atau efek samping dari obat.Kata Ranit Mishori, MD., asisten profesor dan direktur magang kedokteran keluarga diGeorgetown University School of Medicine di Washington, jangan abaikan batuk seperti ini. Meski diagnosa tidak menunjukkan gejala kanker, bisa jadi itu bronkitis kronis atau acid reflux.
10. Kesulitan Menelan
Meski sudah mengubah bentuk makanannya menjadi lebih lembut dan cair, rasa sakit saat menelas masih juga ada. Wah, itu bisa jadi tanda dari kanker GI seperti kanker esophagus.
11. Perubahan Kulit
Anda harus waspada jika ada perubahan pada kulit, seperti mol. Itu tanda yang sangat dikenali pada kanker kulit, kata Mary Daly, MD., ahli onkologi dan kepala departemen genetika klinis di Fox Chase Cancer Center , Philadelphia.
12. Pendarahan di Mana-mana
“Setiap kali Anda melihat darah di beberapa bagian tubuh di mana Anda belum pernah melihatnya sebelumnya, seperti mulai batuk darah, meludah darah, berdarah di usus atau dalam urin, itu saatnya untuk mengunjungi dokter,” kata Lichtenfeld.
Itu bisa jadi tanda dari wasir atau kanker usus besar.
13. Perubahan pada Mulut
Jika Anda merokok atau mengunyah tembakau, Anda perlu waspada pada setiap bercak putih di dalam mulut atau bintik-bintik putih di lidah Anda. Perubahan tersebut mungkin menunjukkan leukoplakia, sebuah daerah pra-kanker yang dapat terjadi dengan iritasi berkelanjutan. Kondisi ini dapat berkembang menjadi kanker mulut.
Penulis | : | Birgitta Ajeng |
Editor | : | Birgitta Ajeng |
KOMENTAR