Advertorial
Intisari-Online.com - Saat ini, rumah mode papan atas, Gucci, tengah menjadi sorotan.
Selain menerapkan waktu kerja berlebihan pada para perajinnya di China, Gucci juga dikritik karena harga tas yang mereka jual jauh lebih tinggi dibanding bahan yang digunakan.
Meski dijual hingga belasan juta, nyatanya tas Gucci hanya menggunakan bahan seharga ratusan ribu.
(Darurat Hoax Bukan Sekadar Hoax!)
Informasi-informasi tersebut terkuat melalui tayangan program dokumenter dari kantor berita Italia, RAI.
Melalui tayangan tersebut, terlihat bagaimana para perajin rumah mode yang dipimpin oleh Frida Giannini dipaksa bekerja tiga kali lipat dari jam kerja normal demi memenuhi permintaan aksesori dari konsumen.
Penelusuran RAI, seperti dikutip dari kompas.com,juga mengungkapkan bagaimana tas Gucci yang rata-rata dijual seharga 1000 euro atau setara Rp15 juta, ternyata hanya terbuat dari material seharga Rp365 ribu.
Dengan kata lain, meski dijual hingga belasan juta, nyatanya tas Gucci hanya menggunakan bahan seharga ratusan ribu.
(Membeli Barang Branded Tanpa Khawatir Kantong Menipis)
Perwakilan Gucci kemudian menanggapi tayangan tersebut dengan menyatakan bahwa para perajin mereka di China merupakan pekerja lepas dari yayasan penyalur tenaga kerja bernama Mondo Libero.
Gucci mengklaim, yayasan tersebutlah yang memaksa para perajin bekerja selama 14 jam sehari.
Padahal aturan resmi menyatakan bahwa waktu kerja para perajin ini adalah empat jam per hari.
Pihak Mondo Libero yang diwakili oleh Aroldo Guidotto berdalih bahwa mereka tidak tahu menahu soal hal ini.
Sebab, proses dan kontrak tenaga kerja lepas diurus oleh manajemen lokal yang kemudian memberikan laporan hasil akhir pada Mondo Libero.
Meski muncul kesan saling melempar tanggung jawab, kantor pusat Gucci menyatakan siap membayar ganti rugi pada pihak perajin yang merasa dieksploitasi.
Sampai berita ini diturunkan, pihak Gucci belum memberikan tanggapan terkait tas Gucci yang hanya menggunakan bahan seharga ratusan ribu namun dijual hingga belasan juta.