Intisari-Online.com -Tak mudah menilai sebuah batu akik mineral silika yang dililit mistik. Karena biasanya bergantung pada rasa, selera, dan kepercayaan, serta mungkin juga kelebihan uang orang yang ingin memilikinya. Di mata orang awam, sebuah batu akik mirah delima sebesar butir kacang tanah yang ditukar dengan mobil sedan Baby Benz tentu sautu perbuatan gila-gilaan!
Tapi, tidak demikian bagi seorang fanatikus akik. Lebih-lebih kalau yang bersangkutan juga mempercayai khasiat akik mirah delima yang, katanya, bisa membuat kebal.
Seorang ahli batu permata akan bisa dengan mudah menentukan nilai sebuah batu akik berdasarkan klasifikasi dan hasil pengujian, antara lain keasliannya (alami), kekerasannya, keindahannya, kelangkaannya, dan kemurniannya. Batu akik asli tentu lebih mahal daripada akik sintetis, sekalipun yang sintetis kadang-kadang lebih indah.
Makin keras sebuah batu akik makin mahal harganya. Demikian pula dengan batu akik yang sudah langka di alam, akan makin tinggi nilainya. Batu akik yang indah, baik lantaran warna maupun bentuk asahannya, nilainya jelas lebih tinggi. Kalau batu akik itu murni alias tak bercacat so pasti nilainya juga lebih mahal dibandingkan dengan yang cacat.
Dalam dunia dagang perakikan dikenal adanya batu akik asli alias alami, sintetis, imitasi, doplet, dan juga triplet. Alasannya sesungguhnya sederhana saja, yakni untuk meraup untung sebanyak-banyaknya, yang ditunjang dengan kemajuan teknologi. Soalnya, dengan beraneka ragamnya istilah dalam dunia perakikan, maka kemungkinan untuk mengelabui konsumen menjadi sangat terbuka.
Faktor ini makin memantik minat pengusaha dan pedagang untuk memalsukan batu akik, yakni dengan menyodorkan sintetisnya. Biasanya yang dibuat sintetisnya adalah batu akik yang termasuk batu permata mulia, seperti intan, rubi, safir, zamrud, aleksandrit, akuamarin, opal. Batu akik sintetis ini umumnya dibuat dengan meniru sedekat mungkin proses pembentukannya di alam, yakni melalui proses hidrotermal, penghabluran atau pengkristalan lelehan atau larutan, pengendapan, lantas penguapan.
Seorang ahli batu permata sekalipun tidak akan bisa dengan segera membedakan mana batu akik asli dan mana pula yang sintetis. Soalnya, keduanya punya sifat kimia dan fisik yang sama persis. Bedanya hanya terletak pada isi gelembung di dalamnya, yang dalam istilah gemologi disebut sidik jari (finger print). Mustahil ada batu akik yang bersidik jari sama biarpun dibentuk, diasah, atau diambil dari satu kristal yang sama. Di sinilah letak peran seorang ahli batu permata dalam membuat sertifikat pengujian.
Jadi, kalau Anda menanyakan kepada ahli batu permata apakah batu akik Anda asli atau sintetis, khususnya yang sudah dalam bentuk batu permata, jangan kelewat berharap ia akan bisa langsung menentukan. Sebelum batu akik itu diuji di laboratorium gemologi, ia belum bisa menjawab secara pasti, apalagi sampai memberikan sertifikat.
Beda dengan batu akik imitasi. Akik jenis ini paling mudah dikenal dan diuji dengan cara yang sangat sederhana, misalnya digores, dibakar, atau ditetesi larutan asam. Batu akik imitasi bisa dibuat dari mineral alam, mineral sintetis, maupun plastik. Umumnya batu akik yang dibuat imitasinya adalah yang tergolong batu permata mulia. Tapi, yang diimitasikan itu kadang juga semua jenis batu permata yang menarik, misalnya karena warnanya, kilapnya, teksturnya, dan sebagainya.
Di samping ukuran atau berat - yang disebutkan dengan nilai karat -warna, dan kejemihan, bentuk asahan pun ikut menentukan nilai sebuah batu akik. Makin rumit bentuk asahannya, makin tinggi nilai atau harganya. Pada dasarnya asahan batu akik hanya dibedakan atas dua bentuk, yakni bentuk normal dan bentuk berjenjang. Baru kemudian keduanya berkembang menjadi berbagai variasi bentuk. Bentuk asahan normal biasanya dilakukan terhadap batu akik tak tembus cahaya, sedangkan asahan berjenjang pada batu akik tembus cahaya.
Beberapa contoh bentuk asahan normal batu akik yang telah berkembang adalah baroki (asahan guling), berbagai bentuk kabuson (kabocon), dan bentuk-bentuk fansi. Sementara beragam bentuk asahan yang tergolong ke dalam bentuk berjenjang (fasit) antara lain bentuk asahan baket, emerald, berlian mawar, berlian raja, berlian gunting, markis, pendelop, dan briolit. Kadang, nama bentuk asahan fasit ini di pasaran berubah menjadi nama permata, seperti cincin berlian, giwang markis, leontin pendelop atau briolit.
Artikel ini pernah dimuat diIntisariedisi Juli 1993 dengan judul "Batu Akik, Mineral Silika yang Dililit Mistik".