Ledakan di Konser Ariana Grande: Strategi Berkomunikasi dalam Kondisi Darurat yang Wajib Diingat

Ade Sulaeman

Editor

Berkomunikasi dalam Kondisi Darurat (1)
Berkomunikasi dalam Kondisi Darurat (1)

Intisari-Online.com - Dalam tragedi ledakan saat berlangsungnya konser Ariana Grande di Manchester Arena, Inggris (22/5/2017), beberapa orang mengaku tidak dapat menggunakan ponsel mereka untuk berkomunikasi.

Sesekali mereka menempelkan ponsel tersebut di kuping mereka namun beberapa detik kemudian kembali menatapnya. Ponsel-ponsel tersebut tidak dapat melakukan panggilan suara. Jaringan komunikasi nirkabel serta-merta tidak berfungsi.

(Baca juga: 19 Orang Tewas dan 50 Orang Luka-luka Akibat Ledakan yang Terjadi di Lokasi Konsel Ariana Grande)

Menurut ahli telekomunikasi, hal ini biasa terjadi setelah terjadinya suatu kondisi darurat. “Pada jaringan kabel maupun nirkabel publik, operator seluler memang membatasi jumlah penggunaan dengan alasan ekonomi,” ujar Stu Lipoff, konsultan teknik di perusahaan komunikasi.

Sementara pada kondisi darurat seperti di Manchester Arena tersebut, jaringan langsung dipenuhi oleh banyaknya jumlah panggilan. Operator seluler mengakui bahwa menara-menara pemancar mereka kewalahan menangani kondisi tersebut.

Tim tanggap darurat seperti pemadam kebakaran, anggota polisi, dan pegawai pemerintahan, memang masih bisa melakukan komunikasi. Namun hal itu dapat dilakukan karena mereka menggunakan jaringan komunikasi radio non-seluler, sebuah jaringan yang tidak bisa dengan mudah digunakan warga sipil.

(Baca juga: Foto Ini Diambil Tepat Sesaat Sebelum Fotografernya Tewas Akibat Ledakan di Afghanistan)

Maka dari itu, para operator tersebut menyarankan para penggunanya untuk mencoba berkomunikasi melalui layanan pesan singkat atau email, dibanding melakukan panggilan telepon. Apalagi panggilan suara membutuhkan koneksi yang konstan.

Sedangkan mengirim pesan melalui email dikirim secara bergiliran. Jadi, dalam waktu singkat di antara satu panggilan telepon dan panggilan selanjutnya, seseorang dapat mengirim ribuan pesan email.

Teknologi CMAS untuk atasi perasaan Cemas

Untuk mengatasi kondisi ini dibuatlah suatu sistem yang disebutCommercial Mobile Alert System(CMAS).

CMAS merupakan sistem yang relatif baru, namun sudah diadopsi oleh Federal Emergency Management Agency (FEMA) dan saat ini sudah berada dalam tahap uji coba.

(Baca juga: Bungker Super Mahal Ini Diklaim Sanggup Menghadapi 20 Kiloton Ledakan Nuklir, Harganya Bikin Kita Menganga)

Sistem ini didesain agar secara otomatis mengirim pesan singkat dari pemerintah kepada para pelanggannya apabila terjadi kondisi darurat seperti adanya ancaman tornado.

“Sistem ini juga dapat memberi prioritas untuk berkomunikasi dengan pengguna telepon seluler yang mengalami disabilitas atau membutuhkan pertolongan ekstra selama kondisi darurat,” ujar Louise Comfort, direktur Center for Disaster Management dari University of Pittsburgh.

Meskipun perusahaan seluler sudah setuju dengan sistem CMAS dan prosedur untuk penggunaannya sudah dikembangkan, sistem ini belum dikenal secara luas.

Sebagai tambahan, terkait kondisi kemarin, banyak pelari maraton serius cenderung untuk menanggalkan ponsel pintar agar dapat berlari dengan lebih ringan.

Untuk itu Comfort berharap suatu saat peralatan kecil yang mereka gunakan untuk mengawasi detak jantung, kecepatan lari dan jarak tempuh dapat ditambahkan alat komunikasi dua arah. Tentunya penambahan ini diharapkan tidak menambah berat yang terlalu banyak dan biaya yang terlalu mahal.

Beberapa saat setelah suatu kondisi darurat, umumnya masyarakat banyak yang menyalakan komputer dan perangkat cerdas mereka untuk mengunjungi beberapa situs berita lokal.

Akibatnya, jaringan internet pun melambat, bahkan beberapa benar-benar mati. Hanya saja, dibandingkan dengan layanan telepon seluler, layanan internet masih jauh lebih kuat.

(DiscoveryNews)

Artikel Terkait