Garam menjadi bagian yang tak terpisahkan dari dunia masak-memasak. Coba saja, sekali waktu kelupaan memberikan garam pada masakan, pasti seisi rumah berteriak, "Masakannya enggak enak nih!"
Tanpa garam tubuh juga kehilangan suatu zat yang membantu mengatur regulasi cairan di dalam tubuh, limbung karena tak punya cara untuk mempertahankan setiap sel agar tetap sehat, tak bisa memproduksi asam hidroklorid - enzim pencernaan yang bertugas mencerna protein, dan masih banyak lagi. Garam mau tak mau perlu ditambahkan pada setiap masakan dalam jumlah yang cukup. Tak terkecuali juga pada menu penderita hipertensi.
Garam dapaur yang beredar di pasaran terdapat dua macam, yaitu garam dari penambakan dan garam yang dimurnikan. Belakangan ada juga garam sintetis untuk penderita hipertensi. Apa bedanya garam-garam ini?
Semua garam dapur baik hasil penambakan maupun yang ditambang dari dalam tanah (garam karang) memiliki senyawa kimia sodium (natrium) dan klorida. Garam yang belum dimurnikan dan garam karang juga mengandung mineral seperti magnesium, yodium, dan seng dalam kadar kecil. Sedangkan garam yang sehari-hari dipakai untuk memasak ataupun tersedia di atas meja makan merupakan garam yang sudah dimurnikan.
Garam yang sudah dimurnikan dengan cara merekristalisasi garam mentah, umumnya mengandung 95 - 99,9% sodium klorida. Pada saat pemrosesan, garam biasanya ditambahkan yodium yang dibutuhkan tubuh untuk memproduksi hormon tiroid. Kekurangan hormon ini dapat mengakibatkan pembesaran kelenjar gondok. Untuk itu, saat membeli garam bacalah labelnya apakah tertulis mengandung yodium atau tidak.
Membubuhi garam pada setiap masakan bukanlah hal tabu bagi kesehatan karena tubuh kita secara umum dapat mentolerir kehadiran garam sebanyak 2.300 mg/hari, termasuk untuk penderita hipertensi.
Tapi perlu diingat, sumber natrium yang kadang disebut juga sebagai sodium tak hanya terdapat pada garam dapur tapi ada pada hampir semua bahan makanan. Hanya saja kadarnya berbeda-beda. Air yang kita minum pun mengandung natrium tapi kadarnya sangat kecil hanya 1%. Kadar natrium paling banyak ditemukan pada makanan yang diproses, bisa sampai 77%. Sementara kadar natrium pada bahan makanan segar, cukup rendah yang tak perlu dikhawatirkan.
Sementara belakangan ini di pasaran beredar garam sintetis (garam pengganti) untuk penderita darah tinggi (hipertensi) yang perlu membatasi asupan garam. Kandungan garam sintetis adalah kalium klorida. Rasanya memang mirip garam dapur. Tapi, garam ini jangan dibubuhkan pada saat memasak karena akan meninggalkan rasa yang kurang bisa diterima lidah. Lebih baik bubuhkan pada saat makanan sudah siap di atas meja saja.
Bila memutuskan hendak menggantikan garam dapur dengan garam sintetis sebaiknya konsultasikan dulu pada dokter. Karena bila Anda menderita penyakit atau minum obat tertentu yang menurunkan toleransi tubuh terhadap kelebihan kalium, garam sintetis yang berunsur kalium klorida ini bisa membahayakan jiwa.