Kaca Pecah Jadi Tanda Datangnya Kesialan dan Beberapa Takhayul Paling Populer Lainnya

K. Tatik Wardayati

Editor

Mitos, Takhayul, dan Keberuntungan
Mitos, Takhayul, dan Keberuntungan

Intisari-Online.com – Benarkah kaca pecah menjadi firasat datangnya sial selama tujuh tahun? Betulkah kebiasaan atau tradisi mengetuk kayu akan mendatangkan keselamatan atau nasib baik?

(Benarkah Bola Api Bukan Takhayul?)

“Tak seorang pun bisa memberikan jawaban pasti,” ujar Desmond Morris, ahli perilaku manusia dan pengarang The Naked Ape.

Berikut ini beberapa takhayul paling populer tentang nasib baik dan buruk menurut mitos dan kepercayaan tradisional.

  • Tradisi mengetuk kayu berasal dari pemahaman bahwa dewa-dewi tinggal di pohon dan bertanggung jawab atas perubahan musim. Hubungan yang baik sangat penting untuk mempertahankan iklim dan cuaca yang baik. Karena itu, masyarakat kuno merasa perlu menjaga hubungan baik itu dengan cara mendekati pohon, kemudian menyentuhnya, atau mengetuk kayunya.
  • Menemukan tapal kuda pertanda nasib baik karena bentuk U bermakna melindungi dan kuat. Banyak orang yakin bentuk itu mirip dengan pandangan masyarakat kuno mengenai gerakan matahari mulai dari terbit hingga terbenam yang seperti huruf U. Kepercayaan ini juga tercermin dalam penyusunan Stonehenge, tempat religius kuno di Inggris.
  • Ucapkan kata permohonan ketika melihat bintang jatuh, maka keinginanmu akan menjadi kenyataan. Demikian para ibu memberi tahu anaknya. Mereka tidak sadar, telah mengulangi kebiasaan primitif. Dulu, bintang jatuh diyakini sebagai kejadian ajaib yang membawa jiwa manusia mati menuju ke surga, atau jiwa baru yang turun ke Bumi untuk dilahirkan.
  • Menemukan daun semanggi berhelai daun empat (atau bunga kamboja berkelopak enam – umumnya lima). Secara alamiah benda itu sangat jarang ada sehingga bila seseorang menemukannya, orang itu konon akan beruntung.
  • Memisahkan tulang dada ayam atau kalkun sambil mengucapkan permohonan. Siapa yang mendapatkan potongan terbesar akan tercapai permintaannya. Mereka tak menyadari, konsep ini berasal dari masa lampau ketika ayam jago, yang kokoknya menandai matahari terbit, dianggap sebagai binatang ajaib.
Namun, menurut Miriam Biddelman, psikoterapis di New York, keberuntungan adalah cara berpikir manusia dan tidak berhubungan dengan jimat berbentuk tapal kuda, semanggi berdaun empat, dll.

“Beberapa orang merasa, sudah nasib bila selalu diikuti nasib buruk. Namun sebenarnya, nasib baik atau keberuntungan bisa saja kita ciptakan. Kita semua memiliki kekuatan. Pada akhirnya orang harus bertanggung jawab atas semua yang mereka hadapi,” katanya.

Berikut ini 10 nasihat Miriam Biddelman agar Dewi Fortuna selalu berpihak:

  • Berpikir positif
  • Yakin dengan intuisi
  • Hindari kebiasaan selalu merasa salah
  • Pelajari kesalahan yang telah dilakukan
  • Berpikir sebelum bicara
  • Bersikap luwes
  • Menerima bantuan dari orang lain
  • Berhenti melakukan sabotase terhadap diri sendiri
  • Bertahan pada jalur yang kita yakini baik
  • Jangan membabi buta memasuki dunia baru yang penuh bahaya; kerjakan saja tugas-tugas yang ada. (SMC/Intisari)

Artikel Terkait