Hasil uji coba terhadap penyakit Alzheimer itu didiskusikan di kalangan American Medical Association, pada 21 Oktober 1997. Ketua tim peneliti, Pierre Le Bars, memberi penjelasan bahwa uji coba itu lebih banyak menimbulkan teka-teki daripada memberi penjelasan bagaimana duduknya perkara kok sampai daun itu bisa menghambat penurunan daya ingat pada pasien penyakit Alzheimer.
Penyakit ini sejenis demensia (gangguan kronis dalam proses mental) karena otak sedang sakit organis, seperti rusak dipondoki parasit misalnya, atau terganggu oleh tumor. Gejalanya selain sering lupa, juga disorientasi (tak tahu lagi di mana sedang berada, sehingga tak mampu menemukan jalan kembali), tak mampu bernalar, dan tak mampu menjaga (mengendalikan) diri.
Mekanisme kerja daun Ginkgo terhadap otak penderita Alzheimer belum jelas, walaupun sudah berhasil menghambat laju penyakit itu. Ada suatu zat yang niscaya berperan dalam hal ini, yang untuk sementara waktu diberi nama ginkgolid dan bilobalid (sejenis flavon glikosida). Tetapi apakah arti sebuah nama! Dua buah, malahan!
Dalam uji coba di Jerman sebelumnya, yang dilakukan terhadap orang-orang yang sering lupa, diasumsikan bahwa penyebab gangguan itu bukan otak yang sedang rusak seperti pada penderita penyakit Alzheimer, tetapi cuma kekurangan oksigen. Otaknya tidak apa-apa.
Kekurangan ini gara-gara pembuluh darah ke otak sudah banyak yang menyempit karena dinding bagian dalamnya ditempeli endapan kapur dan kolesterol "jahat". Kejadian ini terdapat pada orang-orang yang sudah lanjut usia, 60 tahun ke atas.
Kekurangan oksigen di daerah otak karena peredaran darah agak terganggu ini menimbulkan kemunduran daya pikir, malas berpikir, atau telmi (telat mikir). Daya konsentrasi pikiran juga berkurang, dan akhirnya daya mengingat-ingat nama, istilah, tanggal, dan lainnya juga amburadul.
Memang kekurangan itu belum sampai menimbulkan rasa muter-muter, pingsan, atau stroke. Sebab, darah masih beredar memasok oksigen ke dalam otak, tetapi pasokannya yang kurang. Kalau dibiarkan berlarut-larut tanpa usaha menormalkan kembali pasokan oksigen seperti semula (misalnya dengan olahraga pernapasan secara teratur, jalan kaki pagi teratur juga, berenang ringan seminggu sekali, dan pantang merokok sama sekali), sering lupa itu makin parah. Seorang professor yang menunjukkan gejala sering lupa dikatakan pikun. Bukan karena pandainya, tetapi karena tuanya. Keadaan ini berhasil dihambat dengan ekstrak Ginkgo biloba.
Diduga, sari daun itu mampu mengencerkan darah, sehingga aliran yang semula lamban di daerah otak menjadi lancar. Istilah "mengencerkan darah'' memang gambaran yang terlalu disederhanakan. Penjelasan yang lebih ilmiah ialah, sari daun itu menghambat pembentukan platelet activating factor (PAF). PAF sengaja dibentuk secara imunologis oleh sejumlah platelet (butir darah merah), agar darah lebih kental, untuk menghambat perdarahan pada dinding pembuluh darah yang luka, misalnya. Kekentalan ini menghambat peredaran. Apalagi kalau pembuluh darahnya sudah banyak yang menyempit karena "pengapuran".
Kalau pembentukan PAF dihambat oleh sari daun Ginkgo, darah tidak jadi mengental. Alirannya ke otak lancar kembali, dan otak tidak kekurangan oksigen lagi.
Pohon berdaun suplir
Seperti apa pohon anti pikun itu?
Batangnya bisa sampai 24 m tingginya, dengan cabang yang sama kakunya dengan batang. Pucuk batangnya meruncing seperti lembing, dan semuanya ditutup oleh daun kecil-kecil yang melembutkan sosok pohon itu, tanpa menyembunyikan bentuk dasarnya. Daunnya seperti suplir postar, sampai orang Inggris menyebutnya Maidenhair tree.
Penulis | : | Agus Surono |
Editor | : | Agus Surono |
KOMENTAR