Intisari-Online.com - Pada suatu ketika, di tahun 1950-an, Margaret Calvert memperhatikan sebuah rambu peringatan pekerjaan jalan. Sepertinya ada yang aneh dengan simbol di rambu tersebut. Tiba-tiba dia tersadar; gambar lelaki yang menusukkan sekop ke gundukan tanah itu lebih mirip seorang yang sedang kesulitan membuka payung!
Sesungguhnya, Margaret Calvert adalah penggambar lelaki bersekop itu. Bersama Jock Kinneir, dia ditugasi Pemerintah Inggris untuk menata ulang aturan jalan di sana. Memang, saat itu petunjuk arah dan rambu yang ada sangat semrawut. Alih-alih mengatur, kadang malah petunjuk membingungkan tersebut bikin celaka.
Mereka mulai bekerja keras. Didasarkan naluri, sambil menyesuaikan dengan aturan rambu-rambu di Eropa umumnya. Salah satu tempat pengujian rambu adalah di Hyde Park di London. Kondisi daerah tersebut yang penuh pepohonan hijau membuat mereka harus menentukan warna latar belakang yang paling efektif.
Pekerjaan tersulit adalah menentukan bentuk huruf. “Jika menuliskan kata ‘Birmingham’ dengan huruf kapital, dari kejauhan susah membacanya. Tapi kalau pakai huruf kecil, bentuk hurufnya jadi terlihat sehingga mudah dibaca dari kejauhan,” kata pria yang kini berusia 76 tahun ini.
Calvert berupaya agar huruf-huruf itu tidak menarik perhatian, cukup memberi petunjuk atau peringatan. ”Pekerjaan ini dibilang sukses kalau tidak ada satu pun komentar tentang bentuk huruf yang tertera di rambu," katanya.
Hasil karya Kinneir dan Calvert kini menjadi acuan rambu di banyak negara, termasuk Indonesia.