Intisari-Online.com - Pada bulan April tahun 1815, Gunung Tambora meletus setelah sebelumnya bergolak hebat. Letusannya masuk dalam skala tujuh pada skala Volcanic Explosivity Index. Letusan ini empat kali lebih kuat daripada letusan GunungKrakatautahun1883.
Sebelum letusan, Gunung Tambora memiliki ketinggian kira-kira 4.300 m, salah satu puncak tertinggi di Indonesia. Setelah letusan, tinggi gunung ini hanya setinggi 2.851 m.
Letusan Tambora tahun 1815 adalah letusan terbesar dalam sejarah. Letusan gunung ini terdengar sejauh 2.600 km, dan abu jatuh setidaknya sejauh 1.300 km. Kegelapan terlihat sejauh 600 km dari puncak gunung selama lebih dari dua hari.
(Baca juga:Bosan Membuat Mobil, Bugatti Ciptakan Sepeda Terenteng di Dunia)
Efek yang diakibatkan selanjutnya sangat dahsyat. Di belahan Bumi Utara setahun kemudian berlalu tanpa ada musim panas. Ini akibat material yang dari letusan Tambora yang "terjebak" di lapisan atmosfer membuat seperti "bintik" pada Matahari.
Temperatur normal dunia berkurang sekitar 0,4-0,7°C, cukup untuk menyebabkan permasalahan pertanian di dunia. Pada tanggal4 Juni1816, cuaca penuh es dilaporkan diConnecticut, AS, dan dan pada hari berikutnya, hampir seluruhNew Englanddigenggam oleh dingin.
Pada tanggal6 Juni1816, salju turun diAlbany, New York, dan Dennysville, Maine. Kondisi serupa muncul untuk setidaknya tiga bulan dan menyebabkan gagal panen di Amerika Utara.
(Baca juga:Berkat Heli Pengangkut Sepeda, Puncak Gunung pun Kini Mudah Dijelajahi Para Bikers)
Kanadamengalami musim panas yang sangat dingin. Salju setebal 30 cm terhimpun didekatKota Quebecdari tanggal6sampai10 Juni1816. Tahun 1816 adalah tahun terdingin kedua di Belahan Bumi Utara sejak tahun 1400 Masehi, setelah letusan gunungHuaynaputinadiPerutahun1600.
Namun, ada yang menarik dari letusan Tambora ini. Yakni munculnya ide alat transportasi yang kemudian dikenal sebagai sepeda. Tahun tanpa musim panas di Eropa membuat perubahan cuaca yang ekstrem. Di beberapa tempat memicu hujan salju, langit terus-menerus gelap, panen gagal, dan Eropa memasuki tahun-tahun buruk.
Cuaca yang buruk juga membuat transportasi yang biasanya mengandalkan kuda dan angkutan air menjadi tidak nyaman. Kuda-kuda banyak yang disembelih, bukan hanya karena manusia tak memiliki cadangan makanan, melainkan juga karena majikan kesulitan mencari makanan untuk kuda-kuda itu.
Alat beroda
Nah, pada tahun-tahun sulit itu, Ken McGin dalam tulisannya berjudul ”The Origin of Bicycle” menulis, seorang Jerman berusia 34 tahun bernama Karl Drais membuat alat sederhana beroda dua yang kemudian diberi namadraisine.
Draisinedibuat dari bahan kayu dan belum memiliki pedal. Satu-satunya cara untuk mengendarai sepeda ini adalah dengan menjejakkan kaki ke tanah agardraisinemau meluncur.
Oleh karena itulah alat ini juga disebuthobby horseyang merujuk pada arti ”kuda-kudaan” karena tujuan dari pembuatan alat ini untuk menggantikan kerja kuda. Penemuan ini merupakan titik awal prinsip keseimbangan sepeda modern.Draisinemenjadi sepeda pertama yang hak patennya didaftarkan tahun 1818.
(Baca juga:Teknologi Baru Ban Sepeda yang Tidak Bisa Bocor)
Karya Drais ini lebih revolusioner dibanding temuan seorang Prancis bernama Comte de Sivrac tahun 1791. Sivrac membuat mesin tanpa penarik hewan yang diberi namacelerifereyang belum memiliki setir dan pedal sehingga tidak bisa berbelok.
Karl Drais memulai sejarah baru bepergian tanpa kuda ketika mengendarai sepedanya pada 12 Juni 1817 sepanjang 7,5 kilometer di jalanan Mannheim-Schwetzingen di Jerman.
Pierre Michaux dari Prancis pada tahun 1863 menambahkan engkol dan pedal di roda depan sehingga lahirlahvelocipede, sepeda modern yang bisa dikendarai tanpa menjejakkan kaki di tanah. Michaux menjadi perintis produksi sepeda secara massal.
(Baca juga:Abbas Ibn Firnas, Manusia Pertama yang Berhasil Terbang yang Ternyata Seorang Muslim)
Rintisan Drais begitu besar karena menjadi cikal bakal dari semua kendaraan di darat. Namun, kehidupan dia ternyata penuh duka dan kemiskinan akibat konflik politik dan perang. Ia tak menikmati royalti dari teknologinya dan tahun 1851, menurut www.karl-drais.de, ia meninggal tanpa sepeser duit. (pelbagai sumber)