Intisari-Online.com – Pria dan wanita bukan hanya berbeda dalam hal bentuk organ seksual tapi juga dalam perilaku seksual.
Contoh yang paling umum: pria suka to the point, wanita suka pelan-pelan; pria gampang orgasme, wanita lebih sulit.
Jika perbedaan ini tidak dipahami, hubungan seksual bisa saja cuma memberi kenikmatan bagi suami, tapi beban bagi istri.
Agar sama-sama terpuaskan, kedua pihak harus saling memahami karakter pasangannya.
Allan dan Barbara Pease, pasangan penulis buku laris Why Men Don’t Listen and Women Can’t Read Maps, membuat perumpamaan: pria, dalam urusan seks, seperti tungku microwave.
Cepat panas ketika dinyalakan dan langsung dingin ketika dimatikan. Sementara wanita seperti kompor listrik. Panasnya pelan-pelan ketika dinyalakan dan tidak lekas dingin begitu dimatikan.
Salah satu penyebabnya, karena dorongan seksual pria secara alami memang lebih besar daripada wanita. Secara umum, pria memiliki kadar testosteron 10 – 20 kali lipat dibandingkan dengan wanita.Di dalam tubuh, hormon inilah yang mengendalikan rangsang berahi seksual di hipotalamus, bagian otak yang bertanggung jawab mengolah respons seksual.
Perbedaan pria dan wanita bahkan tampak jelas ketika mereka menerima rangsangan seksual. Pria dengan gampang bisa ereksi ketika melihat tubuh wanita yang seksi. Sekali berahi, ia akan dilanda gelisah sampai terlampiaskan hasratnya.
Wanita tidak segampang itu. Berahinya tidak begitu saja bangkit jika melihat tubuh pria yang atletis. Gairah seksualnya lebih dikendalikan oleh emosi. Untuk melakukan hubungan seksual, pria hanya butuh tempat (where). Sebaliknya, wanita harus lebih dulu mempunyai alasan (why).
Ketika seorang pria melihat tubuh wanita seksi, yang terpikir di otaknya hanyalah seks. Ia tidak begitu peduli apakah wanita itu bisa memasak atau nyambung jika diajak ngobrol.Wanita tidak begitu. Untuk bisa melakukan hubungan seksual dengan pria, ia harus tahu lebih dulu apakah pria itu bisa menyayanginya, melindunginya, atau menjadi suami yang baik, misalnya.
Kalau pria mengalami stres di tempat kerja, maka kegiatan seks bisa menjadi pelampiasan yang menyenangkan. Seks bisa menjadi pil tidur yang mengendurkan ketegangan. Wanita? Sebaliknya. Jika ia stres, ia tidak akan begitu tertarik melakukan aktivitas seksual. Sesudah diomeli bosnya di kantor, gairah seksualnya justru akan turun ketika berada di rumah.
Itu tadi baru dalam hal dorongan seksual. Perbedaan ini masih berlanjut sampai ketika pria dan wanita memulai aktivitas seksualnya.
Di atas ranjang, pria biasanya menginginkan aktivitas seksual yang panas, penuh gairah, dan bergelora. Wanita menyukai kegiatan seks yang lembut, pelan-pelan, dan penuh kasih sayang. Wanita menyukai sentuhan lembut sementara pria grusa-grusu, senang langsung menuju sasaran.
Pria bisa langsung panas ketika melihat pasangannya menanggalkan baju. Rangsangan visual saja sudah bisa membuatnya ereksi. Wanita tidak begitu. Agar gairahnya bangkit, ia harus diberi pemanasan dulu. Ia suka disayang, diberi ucapan-ucapan romantis, dicium, dipeluk, disentuh, diraba-raba dengan lembut.
Untuk mencapai orgasme, pria hanya membutuhkan waktu beberapa menit. Sementara wanita membutuhkan waktu sekitar sepuluh kali lipatnya. Bahkan bisa saja wanita tidak mengalami orgasme ketika melakukan hubungan seksual. (healthy sexual life)