Jangan Pelihara si Melankolis

Rusman Nurjaman

Editor

Jangan Pelihara si Melankolis
Jangan Pelihara si Melankolis

Intisari-Online.com - Aura yang baik membawa pengaruh yang baik pula. Sebaliknya, bila aura yang memancar dari kita buruk, efek buruk pula yang muncul. Di sinilah kita sebaiknya selalu membawakan aura atau ekspresi yang cerah setiap kali bergaul atau berinteraksi dengan sesama. Betapa pun kelamnya situasi batin yang tengah dialami.

Memang tak ada yang menarik pada orang-orang yang membawakan ekspresi lesu, kusut-masai, dan pesimis. Seolah-olah bagi mereka dunia ini gelap semata dan Tuhan telah pensiun memberikan rahmat-Nya. Mengeluh dan menggerutu. Padahal segala persoalan yang datang dan pergi itu adalah hal jamak belaka. Kadang, orang dibuat kecewa dan jengkel oleh banyak hal. Toh semua itu tak menjadikan cukup alasan untuk memandang segala sesuatunya dari sisi-sisi yang muram saja.

Ekspresi riang, bersemangat, optimis, banyak tertawa, yang kita bawa akan menyemangati lingkungan kita. Mereka terpikat oleh vitalitas hidup kita. Lihat misalnya orang yang bersemangat itu mengisahkan pengalaman-pengalamannya. Ia tak ragu-ragu untuk berdiri, menggerak-gerakkan tubuh, memberi ekpresi yang mantap. Seolah-olah ia betul-betul menikmati kembali pengalaman-pengalamannya. Ia menghargai orang-orang yang ada di sekitarnya. Untuk merekalah ia melakukan segala sesuatunya dengan bersemangat. Dan sebagai timbal baliknya, orang lain pun akan diam-diam berterima kasih dan menghargainya pula.

Itulah harga dari pribadi yang spontan, jauh dari ragu-ragu, maju mundur, dan mencerminkan kelemahan.

Jangan memelihara tipe pribadi melankolis dan negativis

Dalam ilmu jiwa dikenal dua macam tipe pribadi, yaitu melankolis dan negativis. Dua tipe pribadi ini cenderung mempersuram segala sesuatu. Kecuali kalau jika sanggup membuat prestasi-prestasi besar, seorang dengan tipe pribadi seperti ini akan tetap tenggelam. Sekalipun ia dikenal orang, yang muncul adalah kesan tidak baik.

Tak pelak lagi, sikap lesu atau kurang bersemangat, mengemukakan hambatan ini-itu, berbagai kesulitan hidup dan sebagainya dalam hampir setiap kontak dengan orang lain, membawa efek negatif. Sebab, secara tak langsung akan mengingatkan orang lain akan kesulitan-kesulitannya pula. Akhirnya, mengurangi kebahagiaan.

“Kegelisahan dan kecemasan yang diperlihatkan kepada orang lain sering menjelma menjadi kejahatan yang harus dihukum,” ungkap Isaac Walton, pria Inggris yang didaku sebagai periang terbesar pada zamannya. Walton mengajarkan kepada kita untuk menghargai warna-warna cerah, bukan warna-warna suram.

Dalam berinteraksi dengan sesama hendaknya semangat mencintai lebih diutamakan. Ini akan mencegah kita membawa muka masam kemana-mana. Simpati orang akan banyak berkurang melihat kemasaman itu.

Tunjukkan ekspresi yang bahagia dan ramah. Jika Anda sedang dilanda kesulitan, cobalah untuk sedikit membohongi orang lain, dengan tetap tersenyum dan tampak bahagia. Buatlah orang-orang lain berpikir, Anda ada dalam keadaan senang dan segar, gembira menyambut kedatangan dan kehadiran mereka. Biasanya, mereka akan membalas dengan sikap yang sama. Hasilnya, terjadilah lingkaran persaudaraan yang dibentengi empati. Anda layak memulai lingkaran itu dengan menunjukkan sikap yang sebaik-baiknya.

Ekspresi menyenangkan juga membawa efek positif bagi diri sendiri. Kita bakal lebih bahagia dari biasanya. Jika anda sedang riang gembira, cobalah bermuka masam dan murung. Kegembiraan itu akan banyak berkurang. Sebaliknya jika anda dilanda berbagai kesukaran, cobalah tetap gembira dan segar. Kesukaran itu pun akan banyak berkurang pula.

Bilakah Anda merasakan berkah di balik ekspresi Anda yang merekah? (Hidup Bersama Orang Lain)