Depresi Bisa Sebabkan Salah Sangka

Jeffrey Satria

Editor

Depresi Bisa Sebabkan Salah Sangka
Depresi Bisa Sebabkan Salah Sangka

Intisari-Online.com - Kemampuan untuk mengidentifikasi dan membedakan emosi negatif, memampukan kita untuk mengenal situasi dan menyelesaikan masalah. Namun, pada beberapa kasus ditemukan, ada sebagian orang tak mampu membedakan emosi antara marah dan bersalah. Beberapa orang bahkan mengalami kesulitan membedakan emosi marah dengan frustasi atau sedih.

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Association for Psychological Science, peneliti psikologi, Emre Demiralp dari University of Michigan bersama rekan menyatakan, mereka yang sedang mengalami depresi kurang mampu membedakan emosi negatif dibandingkan mereka yang sehat secara mental. Secara klinis, orang-orang yang depresi sering merasakan emosi negatif seperti sedih, marah, takut, atau frustasi, yang kerap mengganggu kehidupan sehari-hari mereka.

“Sulit untuk mengembangkan diri tanpa mengerti apakah engkau sedang sedih atau marah,” ujar Emre. Lebih lanjut, Emre memberi analogi sebuah mobil tanpa meteran gas, yang akan menyulitkan pengemudi untuk menentukan kapan waktunya mengisi bahan bakar. Untuk itu ia dan rekan-rekannya ingin mencari jawaban, apakah mereka yang sedang mengalami depresi dapat mengukur emosi yang terlihat atau tidak.

Emre bersama rekan merekrut 106 partisipan dengan rentang usia antara 18 hingga 40 tahun. Setengah dari partisipan didiagnosa mengalami depresi klinis, sedang setengahnya lagi tidak. Sepanjang tujuh sampai delapan hari, mereka membawa PDA yang dimodifikasi untuk merekam emosi secara acak sebanyak 56 kali sehari. Jenis-jenis emosi yang akan terekam oleh PDA tersebut bervariasi dari emosi negatif, seperti sedih, cemas, marah, frustasi, malu, bersalah, dan emosi positif, seperti gembira, semangat, dan aktif.

Hasilnya cukup menarik. Emre menemukan, partisipan cenderung memberikan poin yang sama pada beberapa emosi negatif pada saat bersamaan. Itu artinya, partisipan tersebut sulit membedakan emosi negatif, dan kasus tersebut lebih banyak ditemukan pada mereka yang sedang mengalami depresi. Menariknya, saat kedua kelompok partisipan tak menemukan kesulitan saat membedakan antara emosi positif yang satu dengan lainnya.

Walau masih ada perdebatan tentang identifikasi emosi negatif, Emre menyarankan, mengenal dan mampu membedakan emosi negatif adalah baik adanya. Dengan membedakan antara emosi negatif satu dengan lainnya, seseorang mampu mencari akar permasalahan, dan mengembangkan diri ke tingkat yang lebih baik lagi.