Resep Kebahagiaan Perkawinan

K. Tatik Wardayati

Editor

Resep Kebahagiaan Perkawinan
Resep Kebahagiaan Perkawinan

Intisari-Online.com – Mungkin persoalan dalam perkawinan akan bisa diselesaikan kalau saja setiap pasangan mengetahui kiat-kiat yang bisa dilakukan.

Beberapa petunjuk yang boleh diikuti, antara lain:

  • Hindari percakapan yang bisa menimbulkan perdebatan. Bila kira-kira kita tidak mampu mengontrol perbedaan pendapat yang muncul, lebih baik tidak mendiskusikannya sama sekali. Apalagi, kalau hanya soal sepele. Kalau pun perlu dibicarakan, tunggu sampai kepala dingin atau berlatih berbicara tidak dengan nada tinggi.
  • Berusahalah mengerti segi-segi psikologis lawan jenis. Ada sifat tertentu dari pria maupun wanita yang dapat ditangani sejak awal. Misalnya, kaum pria umumnya merasa dirinya penting. Suka dipuji dan diberi semangat. Banyak wanita melakukan kesalahan menyepelekan suami, bukannya membiarkan mereka merasa paling penting dalam keluarga. Umunya wanita tidak ingin mendominasi pria. Kebanyakan justru lebih suka memperlakukan suaminya sebagai pelindung.
  • Ada beberapa hal dalam diri wanita yang tidak diketahui pria. Umumnya mereka ingin diperlakukan sebagai kekasih dan sekali waktu ingin dipuji. Memberikan perlindungan tidak cukup hanya dalam hal materi. Istri juga ingin tetap dicintai dan dianggap ikut andil dalam kesuksesan suami.
  • Bila sampai terjadi ketidakcocokan dalam kehidupan seksual, harus dilakukan suatu tindakan. Pasangan yang tidak mau atau jarang melakukan kontak fisik biasanya sering mengalami cekcok. Tentu tidak mudah tinggal dengan istri yang frigid. Seorang suami yang terkena gangguan seksual pun mungkin akan menjadi rewel, selalu mengeluh bahwa kesehatannya kurang beres. Orang yang mulai terkena gangguan neurotik biasanya kurang toleran dan tidak melakukan usaha apa pun saat menghadapi masa frustasi seksual. Padahal persoalan seperti itu tidak perlu terlalu dirisaukan. Banyak buku yang bisa dibaca untuk menanggulangi masalah itu, atau bisa berkonsultasi pada pakar yang dianggap bisa membantu.
  • Perkawinan merupakan kerja sama antara suami-istri, bukan bersaing untuk menunjukkan mana yang lebih unggul. Pribadi pasangan kita tidak bisa diubah sesuai dengan keinginan kita. Dalam kenyataan, masing-masing tetap merupakan individu unik yang memiliki pikiran bebas dan mempunyai hak atas dirinya.
  • Usahakan untuk sedikit mungkin mengutarakan keluhan. Rata-rata kita tidak suka pada orang yang selalu mencari-cari kesalahan orang lain, terus-menerus mengeluh tidak sehat, beralih dari dokter satu ke dokter lain, atau selalu mengeluh soal pekerjaan di kantor atau kewajiban di rumah. Orang yang kondisi kejiwaannya sehat akan merencanakan segala sesuatu dengan diam-diam dan berusaha mengatasi sendiri hal-hal yang kurang berkenan. Lebih baik melakukan sesuatu daripada hanya mengeluh tanpa berbuat apa-apa.
  • Mencari sendiri cara terbaik untuk membina hubungan dengan pasangan maupun dengan orang di sekitar kita. Hendaknya tidak menggantungkan kebahagiaan diri pada orang lain. Berusahalah untuk mencari variasi hidup atau menggali minat yang menyenangkan agar hidup tidak membosankan dan perkawinan tetap harmonis. Misalnya dengan membaca buku, mendengarkan musik, mengembangkan hobi, masuk klub, atau mengikuti kursus yang bisa meningkatkan kemampuan.
  • Jangan berdalih. Banyak suami atau istri neurosis mudah sekali menyalahkan pasangan untuk ketidakbahagiaannya. Padahal sebenarnya ia harus mengubah diri sendiri sebelum mengharapkan pasangannya berubah. Kalau ingin memperbaiki kehidupan perkawinan, patutlah bertanya pada diri sendiri apakah sudah melakukan yang terbaik agar perkawinan sukses.
Kalau langkah yang terbaik telah dilakukan tapi belum juga berhasil, cobalah mencari solusi lewat orang ketiga, misalnya psikolog atau penasihat perkawinan yang dinilai bisa ikut membantu. Banyak perceraian dapat dicegah asalkan masing-masing mampu menghadapi masalahnya secara realitas dan mau melakukan konsesi yang dirasakan perlu.

Di atas segalanya, yang paling penting adalah kemauan kedua belah pihak untuk menerima tanggung jawab masing-masing dalam menghadapi hubungan yang dirasakan mulai kurang serasi agar perkawinan tetap utuh. (Intisari)