Intisari-Online.com -Orangtua harus mengambil televisi, komputer, video game dan smartphone yang ada di kamar tidur anak, demikian saran para peneliti. Sebab semua perangkat ini menyebabkan anak mengalami kegelisahan dan kurang tidur, sehingga melemahkan gairah anak untuk belajar di sekolah.Keberadaan perangkat tersebut di kamar tidur membuat otak melihat ruangan sebagai zona hiburan, bukan ruang untuk istirahat, demikian kata para peneliti dari Dalhousie University di NovaScotia, Kanada."Perangkat teknologi yang ada di kamar tidur menjadi salah satu penyebab terbesar anak mengalami gangguan tidur," kata Jennifer Vriend psikolog dari Dalhousie University."Banyak remaja tidur dengan ponsel mereka dan mereka terbangun ketika ponsel berdering atau bergetar sepanjang malam. Entah itu karena email masuk, atau SMS atau pesan di Facebook," ujarnya.Sebuah penelitian lain oleh lembaga pengawasan konsumen Ofcom pada 2012 menemukan, remaja mengirim sekitar 193 pesan setiap minggu. Jumlah ini dua kali lipat dari jumlah pesan yang dikirim pada tahun 2011.Mengenai masalah perangkat teknologi di kamar tidur, peneliti juga memaparkan dampak dari keberadaan video game."Jadi, ketika seorang anak memainkan video game kekerasan di kamar secara teratur, otaknya mulai melihat kamar tidur sebagai ruang dimana ia harus sersiap-siap terhadap bahaya. Sehingga otak memberi pesan ke tubuh untuk tidak tidur," kata Vriend.Studi yang diterbitkan dalam Journal of Pediatric Psychology ini juga menemukan bahwa, kehilangan satu jam untuk tidur sangat berpengaruh terhadap gairah belajar anak di sekolah. Hal itu juga mampu menghambat perkembangan memori anak dan membuat anak lebih sulit memecahkan masalah matematika.Sebaliknya, tidur cukup membuat anak lebih tenang dan mampu berkonsentrasi. Demikian kata para peneliti.Selain itu, Vriend mengatakan, waktu tidur yang cukup meningkatkan kestabilan emosi anak, suasana hati menjadi lebih positif dan meningkatkan konsentrasi.semua hal ini tentu sangat mendukung keberhasilan akademis anak.Penelitian ini melibatkan 32 anak berusia 8-12 tahun. Parapeneliti mengatakan, studi ini penting bagi dokter, orangtua dan guru untuk menyoroti kebutuhan dan kebiasaan tidur sehat pada anak. (The Telegraph)