Advertorial

Siswa SD Hamili Siswa SMP: Inilah Risiko Hamil di Usia Remaja, Salah Satunya Kematian Bayi

Ade Sulaeman

Editor

Intisari-Online.com -Kasus hamilnya seorang siswi SMP oleh seorang siswa SD di Tulungagung tengah ramai diperbincangkan.

Tak sedikit orang yang merasa syok dengan kabar tersebut.

Tentu saja hal yang paling disoroti adalahperilaku seksual 'kelewat batas' kedua anak di bawah umur.

Di luar hal tersebut, masalah lain yang perlu disoroti adalah terlalu mudahnya siswi SMP tersebut mengandung.

Baca juga:10 Fakta 'Gila' Kehidupan Keluarga Kerajaan Inggris, Salah Satunya: Tali Sepatu Saja Harus Disetrika

Sebab banyak risiko yang mengintai para perempuan yang hamil di usia sangat muda.

Dalam artikel berjudul "InilahRisiko Hamil di Usia Remaja"Kementerian Kesehatan Republik Indonesiamenjelaskan bagaimana kehamilan di usia muda memberi dampak buruk bagi para perempuan.

Berikut ini artikelnya, seperti yang dimuat disitus webdepkes.go.id.

---

Baca juga:Jadi Tukang Gosok Keliling, Wanita Asal Bekasi Ini Raup Rp3 Juta per Bulan

Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis maupun intelektual.

Usia remaja biasanya memiliki rasa penasaran yang tinggi dan cenderung berani mengambil risiko atas apa yang dilakukannya tanpa mempertimbangkan terlebih dahulu.

Apabila keputusan yang diambil dalam menghadapi konflik tidak tepat, mereka akan jatuh ke dalam perilaku berisiko dan mungkin harus menanggung akibat jangka pendek dan jangka panjang dalam berbagai masalah kesehatan fisik dan psikososial.

Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat secara fisik, mental, dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi.

Kehamilan remaja berdampak negatif pada kesehatan remaja dan bayinya, juga dapat berdampak sosial dan ekonomi.

Kehamilan pada usia muda atau remaja antara lain berisiko kelahiran prematur, berat badan bayi lahir rendah (BBLR), perdarahan persalinan, yang dapat meningkatkan kematian ibu dan bayi.

Kehamilan pada remaja juga terkait dengan kehamilan tidak dikehendaki dan aborsi tidak aman.

Persalinan pada ibu di bawah usia 20 tahun memiliki kontribusi dalam tingginya angka kematian neonatal, bayi, dan balita.

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 menunjukan bahwa angka kematian neonatal, postneonatal, bayi dan balita pada ibu yang berusia kurang dari 20 tahun lebih tinggi dibandingkan pada ibu usia 20-39 tahun.

Baca juga:Adara Taista Meninggal Karena Kanker Melanoma: Ini Penyebab dan Gejala dari Kanker Kulit Mematikan Tersebut

Pernikahan usia muda berisiko karena belum cukupnya kesiapan dari aspek kesehatan, mental emosional, pendidikan, sosial ekonomi, dan reproduksi.

Pendewasaan usia juga berkaitan dengan pengendalian kelahiran karena lamanya masa subur perempuan terkait dengan banyaknya anak yang akan dilahirkan.

Hal ini diakibatkan oleh pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi belum memadai.

Hasil SDKI 2012 menunjukan bahwa pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi belum memadai yang dapat dilihat dengan hanya 35,3% remaja perempuan dan 31,2% remaja laki-laki usia 15-19 tahun mengetahui bahwa perempuan dapat hamil dengan satu kali berhubungan seksual.

Begitu pula gejala PMS kurang diketahui oleh remaja.

Informasi tentang HIV relatif lebih banyak diterima oleh remaja, meskipun hanya 9,9% remaja perempuan dan 10,6% laki-laki memiliki pengetahuan komprehensif mengenai HIV-AIDS.

Baca juga:(Foto) 6 Foto Memilukan yang Pernah Terekam Dalam Sejarah. Nomor 4 Sadis Banget!

Artikel Terkait