Advertorial

Waspada! Serangan Jantung Itu Bernama Angin Duduk

Moh. Habib Asyhad
K. Tatik Wardayati
,
Moh. Habib Asyhad

Tim Redaksi

Intisari-Online.com – Tak jelas di mana duduknya, istilah "angin duduk" sudah menjadi milik publik. Namun bukan sembarang duduk, sebab ini kiasan awam belaka yang dokter wajib cari tahu apa yang dimaksud. Tentu supaya jelas duduk soalnya.

Lalu apa "angin duduk" itu sebetulnya? Seperti ihwal "masuk angin", nosologi "angin duduk" belum masuk buku teks.

Namun, angin yang duduk ini lebih berbahaya dibandingkan dengan angin yang masuk. Soalnya, ia identik dengan serangan jantung.

Nah, yang namanya serangan jantung bisa terjadi di mana saja dan kapan saja. Sering selagi mengedan di kamar kecil. Tak jarang sewaktu di meja makan. Ada juga yang lagi asyik di kamar hotel ketika "berduel" bukan dengan istri sendiri.

Tidak semua serangan jantung berkategori "angin duduk". Hanya serangan yang langsung membuat jantung kelenger yang boleh disebut "angin duduk".

Baca juga: Hati-hati! Senin Adalah Hari Rawan Serangan Jantung, Benarkah Demikian?

Sering-sering tak tertolong. Mengapa? Selain serbuannya sangat mendadak, serangannya terbilang garang.

Jantung diberi makan dari koroner. Jika ada cabang koroner jantung yang tersumbat nyaris total, jantung semaput dan terancam berhenti bekerja.

Bila terlambat ditolong, korban pindah ke akhirat sebelum jadwalnya.

Penyumbatan pembuluh koroner terjadi bila lipid (kolesterol dan trigliserida) darah terus meninggi. Tentu ini bukan proses sesaat.

Rata-rata sudah berawal sejak usia muda. Bisa jadi sejak masa kanak-kanak jika anak dibiarkan gembrot.

Baca juga: Gogon Meninggal Dunia, Satu Bulan Sebelum Serangan Jantung Tubuh Memberikan 6 Tanda Ini

Bila lemak darah tetap tinggi, setiap tahun sumbatan koroner bertambah 2%. Cuma butuh 25 tahun untuk menyumbat separuhnya.

Koroner yang tersumbat akan mengurangi pasokan oksigen ke otot jantung. Kekurangan oksigen bikin otot jantung menjerit. Nyeri dada merupakan manifestasi jeritan jantung.

Nyeri dada akibat sumbatan koroner disebut angina pectoris. Tengah malam mendadak terjaga oleh dada yang terasa sesak, seperti tertindih beban berat.

Mungkin nyerinya menjalar ke bahu, punggung, dan lengan. Durasi nyeri dada tergantung besar sumbatan koronernya.

Semakin besar sumbatan, semakin lama terasa nyeri dadanya.

Baca juga: Bisa Terjemahkan Bahasa Asing Hingga Mengecek Denyut Jantung, Inilah 5 Fungsi Lain dari Kamera Smartphone

Oleh karena nyeri dada bagian dari proses semakin progresifnya sumbatan koroner, maka sejak pertama kali mengalami nyeri dada, kita sudah harus waspada.

Nyeri dada angina awalnya hanya beberapa detik saja. Durasi nyeri dada berikutnya semakin panjang. Itu menunjukkan proses penyumbatan koroner berlanjut terus.

Sederhana saja kebanyakan perjalanan penyakit jantung koroner. Cuma soal waktu. Begitu sumbatan koroner sudah nyaris total, sekali tendang langsung KO.

Beruntung jika perjalanan penyakit jantung koronernya diperingatkan oleh angina pectoris dulu.

Kita bisa bersikap lebih waspada, dan melakukan langkah pencegahan agar kejadian serangan jantung koroner sekaliber angin duduk bisa digagalkan.

Baca juga: Jangan Pijat Kaki Bervarises Anda Jika Tak Mau Terkena Serangan Jantung, Begini Cara yang Tepat!

Caranya, ya dengan menghapus semua faktor risiko pemicu jantung koroner.

Lemak darah dinormalkan, kencing manis dikontrol, darah tinggi diturunkan, berat badan dibikin ideal, banyak bergerak badan, tidak merokok, diet rendah lemak, batasi garam dapur, dan jauhkan dari cemaran stres.

Terakhir namun jangan dilupakan: hiduplah dengan lebih rileks.

Namun, tidak semua yang koronernya tersumbat merasakan nyeri dada. Misalnya pada pengidap kencing manis dengan jantung koroner. Ini tergolong silent ischemic.

Bisa dibayangkan, dengan peringatan saja sudah berbahaya, apalagi tanpa merasakan nyeri dada. Tiba-tiba saja sumbatannya sudah total, dan berakibat fatal.

Baca juga: Inilah Golongan Darah yang Rawan Terkena Serangan Jantung, Waspadalah!

Serangan "angin duduk" sering dikeluhkan seperti "masuk angin". Orang minta dikeroki, dibalur minyak angin, dipijat, atau minta minum yang hangat.

Padahal waktu untuk menolongnya amatlah singkat. Untuk kasus "angin duduk" waktu yang tersedia untuk menyelamatkan jantung tak lebih dari 15 menit.

Maka seharusnya korban langsung diusung ke rumah sakit. Sekurang-kurangnya beri tablet aspirin sekadar menjadikan darah lebih encer sebelum tiba di rumah sakit.

Sumbatan koroner bukan hanya oleh "karat lemak" pada dindingnya. Aliran darah koroner diperburuk oleh darah yang mengental, atau gumpalan lemak dan bekuan darah kiriman dari luar jantung.

Maka selain menormalkan lemak darah, perlu juga mengencerkan darah. Yang pernah mengalami angina, atau berisiko koronernya tersumbat, darahnya tidak boleh kental.

Untuk itu jangan sampai kurang minum, dan rutin minum tablet aspirin.

Datangi lab secara berkala untuk memeriksa kekentalan darah. Untuk menjaga derasnya aliran darah koroner, tensi darah jangan sampai anjlok.

Kerja jantung dijaga tetap ajeg. Berhati-hati jika memiliki tubuh tergolong pendek. Semakin pendek tinggi badan, semakin kecil penampang koroner.

Semakin kecil koroner, semakin besar risiko tersumbat. (dr. Handrawan Nadesul – Intisari Mei 2007)

Baca juga: Terkena Serangan Jantung saat Sendirian, Cara Pria Ini Selamatkan Nyawa Disebut 'Sangat Jenius'

Artikel Terkait