Advertorial
Intisari-Online.com – Samuel Moore, 29 tahun, ditembak mati oleh rekannya. Namun jantungnya masih berdenyut dalam tubuh orang lain, ginjalnya dipindahkan kepada dua wanita.
Apakah teman Moore seorang pembunuh? Menurut pengacaranya tidak, karena jantungnya masih berdenyut biarpun dalam dada orang lain. Entahlah bagaimana kesudahannya.
Namun selama ini masih ada tiga orang yang hidup 5 tahun setelah transplantasi: Seorang , Perancis, seorang Yugoslavia, dan seorang Amerika. Koresponden Stern mengunjungi pasien Perancis Emanuel Vitria.
Seorang wanita gemuk setengah umur bertanya, “Apakah saya boleh memegang dada tuan". Waktu itu mereka sedang beramai-ramai mau menjadi donor darah di depan gedung sebuah klub pemuda di kota satelit Castelane, sebelah utara Maiseile.
Tanpa ragu-ragu pria berkulit coklat dengan kumis mengesankan menaikkan kemejanya tinggi-tinggi. Emanuel Vitria, 53, memperlihatkan dadanya yang berbulu.
Sejak lima tahun yang lalu orang Perancis Selatan itu hidup dengan jantung Pierre Ponson yang mencapai usia 21 tahun. Jantung itu telah ditransplantasikan oleh Professor Edmond Henry pada tanggal 27 Nopember 1968.
“Jangan malu-malu nyonya. Peganglah. Dan kalau nyonya sudah menyumbangkan darah saya akan menceritakan suatu rahasia: “Saya hidup seperti kalian. Saya bernafas, makan, minum, merokok dan berhubungan dengan isteri."
Wanita yang berambut coklat itu tercengang: “Oh, tuan masih berkasih-kasihan... ?"
Vitria dengan tenang: “Oh tentu. Saya toh tidak sakit jantung lagi. Percayalah kepada saya: tidak ada obat yang lebih mujarab."
Namun wanita cerewet itu belum puas. “Oh tuan Vitria. Sekarang saya mau memeluk tuan. Saya toh ingin mengatakan pada teman-temanku bahwa saya pernah mencium pasien jantung kita yang terkenal".
Ketika wanita pengagumnya sudah pergi Vitria berceritera: “Memang ada wanita seperti itu. Mereka menganggap saya sebagai seorang superman, binatang ajaib, santo atau sapi berkaki lima. Namun sedikit showbusiness boiehlah untuk mendapat darah lebih banyak".
Buktinya kalau Vitria ikut muncul dengan mobil darah yang berhenti di pojok jalan mereka mendapat donor dua kali lebih banyak daripada biasanya. Dalam hal itu Vitria melalui corong pengeras suara selalu berkata: “Silahkan menyumbang sedikit darah. Anda akan bisa menyelamatkan suatu jiwa. Ini dikatakan oleh orang yang mengalaminya sendiri".
Tiga kali seminggu monumen jantung hidup itu membujuk orang untuk menjadi donor. Ia juga menjadi presiden kehormatan dari persatuan donor darah. “Mengumpulkan darah merupakan tugas dan hobbyku sejak berdiri lagi di atas kaki sendiri" katanya.
Maksudnya sebagai tanda terima kasih. Pekerjaannya sebagai verkoper minuman keras harus ditinggalkan karena setelah transplantasi jantungnya untuk bekerja masih dianggap 80 persen invalid.
“Bukan karena jantung, tetapi tulang punggung yang kurang beres" katanya pada saya dalam rumah rakyatnya yang terdiri dari tiga ruangan.
“Saya mengalami kekurangan kalk yang baru ketahuan setahun setelah operasi. Sejak transplantasi saya diberi preparat cortison untuk menanggulangi reaksi penolakan oleh tubuh. Setiap hari saya diberi 500 mg yang akhirnya diturunkan sampai 7 mg. Dan itu rupanya berhasil.
Saya tidak terikat pada tempat tidur lagi. Saya bisa mengendarai mobil, berenang sedikit dan bahkan naik sepeda. Namun kerja tidak termasuk, tapi saya hidup. Lima tahun berselang saya setiap saat bisa dipanggil. Sebagian kecil dari otot jantungnya masih berjalan.
Sisanya sudah mengapur, sepotong batu. Enam minggu sebelum transplantasi jantungnya sudah berhenti 20 menit. Saya dalam koma dan hanya bisa diselamatkan dengan pijatan jantung. Tanpa jantung dari Pierre Ponson yang mengalami kecelakaan saya sudah ada di bawah tanah.
Perbedaan usia jantung dan badan
Dengan jantung baru ini Emanuel Vitria kini hidup dengan sakit punggung dan tunjangan 1000 DM sebulan. Namun ia tidak usah takut mati lagi. Kalau setelah operasi ia harus ke rumah sakit dua kali seminggu untuk kontrol, sekarang ia hanya melihat dokter dua kali sebulan (untuk diselidiki darahnya dan diukur jantungnya dengan elektrokardiogram).
Obatnya: setiap hari 7 mg cortison dalam bentuk tablet dan dua injeksi untuk mengurangi pengentalan darah. Gairah hidup Vitria sama hebatnya seperti nafsu makannya. Ia tidak perlu diit apapun.
Baca juga: Wow! Bayi Pertama Hasil Transplantasi Rahim di AS Akhirnya Lahir dengan Selamat
Ketika dia saya ajak makan siang di restpran pantai "La Mer" pelayannya mencatat: pizza sebagai pembangkit selera, makanan utama bistik dengan gorengan kentang dan jamur, sebagai penutup keju, slada, es, jeruk, tiga perempat Beaujolais dan setengab botol champagne.
Setelah 5 tahun hidup sebagai suatu keajaiban, Vitria melihat masa depannya dengan tenang.
Setelah minum gelas minuman kerasnya yang ke tiga, Vitria yang kelihatannya sehat walafiat, menceritakan suatu kesulitan pribadi. Setiap kali kalau saya ketemu gadis cantik, saya merasa bahwa jantung saya memang berusia 21 tahun.
Namun kalau malamnya saya coba pada isteri saya, baru merasakan perbedaan 30 tahun antara karoseri dan motor.
Tanggal 27 Nopember Vitria dengan isterinya Josette dan team operasi Prof. Henry merayakan pesta “hari ulang tahun ke lima di gedung “Pieds et Paquets' di Marseille. Waktu itu disajikan keju, champagne dan masakan-masakan lejat.
Namun tahun 1973 dalam pesta tradisionil itu ada seorang yang tidak hadir. Professor Henry meninggal dalam tahun itu, karena infark jantung. Dengan satu - satunya transplantasi yang pernah dilakukannya, ia menambah umur Vitria, tetapi ia sendiri meninggal.
Andaikata ia meninggal Vitria masih mempunyai satu pesan yang ditulis di atas secarik kertas yang dimasukkan kedalam kotak depan Renault 12 TSnya. Isinya: Kalau saya mati semua organ yang masih bisa dipakai boleh diambil, termasuk jantungku.
Bagaimana pendapat tentang transplantasi jantung sekarang
Tiga pria yang kini masih hidup setelah 5 tahun dengan jantung orang lain memang dapat dikatakan sudah “aman". Namun dari 219 orang yang selama ini mengalami transplantasi jantung, hanya 36 yang masih hidup (data Oktober 1973).
Baca juga: Dokter Itala Ini Bilang Jadwal Transplantasi Kepala Manusia Pertama di Dunia ‘Sudah Dekat’
Fakta ini telah membuat pionir penggantian jantung seperti Prof. Christian Barnard dari Afrika Selatan dan Prof. Michael deBakey dan Prof. Denton A. Cooley dari Amerika untuk berpikir.
Lebih dari setahun yang lalu misalnya deBakey di Houston pernah mengatakan bahwa ia tidak akan melakukan transplantasi jantung lagi. Cooley, bekas muridnya dan kini saingannya di Houston berpendapat bahwa kemungkinan transplantasi kurang dimanfaatkan. Namun dia sekarang juga tidak begitu bergairah lagi.
Kejbanyakan pasien transplantasi jantung meninggal karena reaksi penolakan dalam tubuh. Obat-obat yang diberi untuk menghindari efek penolakan itu mempunyai sisi buruk.
Kalau dosisnya terlalu sedikit tubuh menolak pendatang baru, tetapi kalau terlalu keras “pertahanan" tubuh sendiri menjadi lumpuh dan infeksi yang paling sepele dapat mengakibatkan pasien meninggal.
Rupanya jantung yang ditaruh di dalam tubuh orang lain juga lebih cepat menjadi tua. Pengapuran pembuluh darah yang diderita oleh pasien Dr. Barnard, Blaiberg, cepat ‘menular’ kepada jantung baru. Padaihal jantung itu asalnya dari orang berusia 24 tahun.
Karena itu dokter pemindah jantung Dr. Nonnan Shumway, dari Universitas Stanford Kalifornia, lebih suka pasien di bawah 45 tahun, karena pengapuran pembuluhnya belum begitu hebat.
Sampai bulan Oktaber 1973 kelompok kerja Shumways sudah melakukan 62 pemindahan jantung dan 26 masih hidup. Dr. Barnard juga belajar di sana dulu.
Setiap bulan di rumah sakit Shumway empat sampai lima pasien menunggu donor jantung yang tepat, yang jaringannya paling mendekati milik si pasien. Mereka bisa menunggu sampai 300 hari.
Baca juga:Mantan Marinir Ini Bisa Menggerakan Tangannya Pascaoperasi Transplantasi Tangan dalam 4 Bulan
Tanpa transplantasi rata-rata pasien-pasien jantung itu hanya mempunyai kans hidup 30 hari. Kecermatannya mencari donor itulah yang menentukan sukses Shumway.
Kalau tahun 1968 persontase yang bisa hidup setahun 22 persen, tahun 1972 sudah naik menjadi 50 persen.
Perang melawan penolakan “jantung asing" oleh tubuh harus dimulai sebelum tanda-tanda pertama tampak, kata ahli bedah jantung Perancis Prof. Daniel Guilmet. Di Paris ia juga sudah mengembangkan suatu sistem “pemberitahuan":
Setiap dua jam diambil darah sipasien untuk diperiksa kemampuan menggumpalnya darah. Menurut Guilmet pertama-tama gejala penolakan tubuh ialah kalau pengentalan darah menjadi lamban terutama di bagian-bagian sambungan.
Jantung baru itu mula-mula akan mengalami infarkt sedikit-sedikit yang kemudian akan menjadi gangguan penyaluran darah yang serius sampai akhirnya pompa jantung macet.
Kalau gejala pertama semacam itu sudah muncul Guilmet menyarankan penggunaan kombinasi obat anti kental Heparin dengan kalsium.
(Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Maret 1974)
Baca juga:Thomas Manning, Laki-laki Amerika Serikat Pertama yang Menerima Transplantasi Penis