Intisari-Online.com - Apa kira-kira yang ada di pikiran Mohammad Rayhan waktu itu? Waktu ketika tanpa sadar ia justru menghadiri upacara pemakannya sendiri sementara orang-orang menganggapnya telah mati. Rayhan dianyatakan sudah tewas tertimbun reruntuhan menyusul serangan bom Pemerintah Suriah ke sebuah pasar di kota Douma, sebelah timur Damaskus.
Menurut catatan, ada 117 orang tewas akibat serangan itu. Rayhan adalah salah satunya. Terlebih, keluarganya mengaku pasrah setelah lebih dari 24 jam tak bisa menemukan sosok Rayhad. Upacara pemakanan pun akhirnya digelar—tentu saja tanpa “jasad” Rayhan.
Di tempat lain, petugas penyelamat menemukan Rayhan dalam kondisi selamat dan hanya menderita luka ringan. Dengan kondisi yang masih berantakan, rambut masih awut-awutan, tubuh masih berselimut debu bekas reruntuhan, Rayhan langsung bergegas pulang.
Sampai di rumahnya, ia mendapati keluarganya tengah melangsungkan rangkaian upacara kematiannya. Sedaca tidak sadar, ia tengah menghadiri “upacara kematiannya” sendiri. Kondisi itu tak bertahan lama karena tak lama kemudian keluarganya telah menyadari kehadiran orang yang dicarinya itu.
Suasana duka sontak berubah menjadi suka cita. Rayhan kemudian digelari “syuhada yang hidup”. Mereka menganggap bahwa keajaiban telah meloloskan Rayhan dari maut. “Ini bukan kali pertama, banyak sekali cerita ajaib di negeri ini (Suriah),” kata Rami Abdurrahman, Direktur Lembaga Pemantau HAM Suriah. (Kompas.com)
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR