Intisari-Online.com – Seorang ayah muda memiliki seorang putra yang ia cintai lebih dari apa pun di dunia. Suatu hari ketika ayah pergi, beberapa perampok membakar sebagian besar desa dan menculik anak kecil itu.
Ketika ayah kembali, ia mengira salah satu mayat yang terbakar adalah anaknya. Dengan hati hancur, ia mengkremasi tubuh itu, lalu menempatkan abunya di sebuah tas yang selalu dibawanya ke mana pun pergi.
Beberapa hari kemudian, putranya berhasil melarikan diri dari perampok. Ia berlari kembali ke rumahnya dan mengetuk pintu rumah yang dibangun oleh ayahnya. Ayahnya bertanya siapa orang itu. Ketika anak itu menjawab, “Ini aku, anakmu, tolong biarkan saya masuk.” Sang ayah yang masih memegang tas abu, mengira beberapa anak sedang bermain lelucon yang kejam. “Pergi,” teriaknya kembali.
Anak itu terus mengetuk dan memohon kepada ayahnya, tapi si ayah terus mengatakan kepadanya untuk pergi. Akhirnya, anak itu pun pergi dan tidak pernah kembali lagi.
Dari kisah di atas, jika seseorang serius memegang sebuah ide yang mutlak dan menurutnya tidak dapat diubah, maka ia tidak akan pernah bisa membuka pintu dan menerima kebenaran yang sebenarnya. (*)