Intisari-Online.com – Anak-anak sering disebut mahkota dalam keluarga. Tetapi orangtua sering pusing membesarkan anak-anak mereka dan menjaga kerukunan dalam keluarga mereka.
Ada suatu keluarga yang dianugerahi tiga orang anak. Ternyata anak mereka memiliki watak dan kepribadian yang berbeda. Anak pertama, dia berkembang menjadi pendiam, rajin, pintar, taat, dan keras. Semasa kecil ia membutuhkan orangtua untuk melayani dan memenuhi keperluannya, tetapi ia tidak memiliki hubungan yang akrab dengan orangtuanya. Anak itu tertutup, tidak banyak bicara, dan amat masa bodoh kepada adiknya. Orangtuanya pusing melibatkannya dalam suasana dan kehangatan keluarga. Nakal tidak, tetapi misterius, pendiam, dan suka menyendiri.
Anak yang kedua, entah karena perempuan, entah akibat dari kedinginan anak pertama, anak kedua ini berkembang menjadi seorang anak yang manja. Sebentar-sebentar ia minta digendong, dipuji, dilayani atau diperhatikan. Dia suka ribut dengan kakaknya, dan kalau saja kakaknya marah atau mau memukulnya, dia lari, mencari perlindungan pada ibunya. Anak kedua ini, susah berdikari, manja, dan sangat tergantung pada orangtuanya.
Anak yang ketiga, entah karena kurang diperhatikan, dia berkembang menjadi anak yang nakal. Belajar malas, uang jajan selalu habis. Katanya suka main dengan teman-teman yang nakal juga. Dia main judi, suka ke karaoke, dan sering tidak pulang. Kakak-kakaknya setuju diusir saja dari rumah mereka. Bikin malu dan pusing.
Bagaimana kini kita bisa menjadi orangtua yang bijaksana dan penuh kasih sayang kepada ketiga anak mereka itu. Bagaimana mereka bisa menciptakan, merawat kerukunan dalam keluarga mereka. Menarik bahwa orangtua itu sering didapati berdoa, mohon berkat masa depan bagi ketiga anak mereka. Mohon perlindungan dari Allah. Mereka selalu menyediakan waktu untuk mendengarkan, menyambut, dan mendampingi anak-anak mereka.
Betapa sedihnya kalau yang bungsu hilang, nakal, dan babak belur, dikeroyok teman-temannya. Betapa sedihnya orangtua melihat kedua anak yang pertama, kompak dalam menolak si bungsu itu. Malahan mereka mengatakan orangtua pilih kasih, ditipu, terlalu lembek terhadap si bungsu. Ada bahaya keluarga mereka retak. Si bungsu dimakan oleh kenikmatan dunia. Si sulung termakan oleh kebencian dan kekerasan hati dan si tengah dia hanya menunggu pacarnya.
Dalam hal ini orangtua mencoba untuk membuat agar keluarga tetap rukun, bersatu, dan harmonis. Mari kita belajar menerima kerahiman dari Allah dan merawat pengampunan dan kerukunan di dalam keluarga, serta komunitas kita. (Kumpulan Renungan tentang Kehidupan)