Advertorial
Intisari-Online.com - Bagaimana perasaan Anda kalau harus berpuasa Ramadan selama 22 jam sehari?
Kita di Indonesia terbiasa untuk menahan hawa nafsu dari terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari selama kurang lebih 13 jam saja.
Namun, di beberapa bagian dunia lain, ada yang harus berpuasa selama 22 jam.
Norwegia dan Islandia menjadi dua negara yang memiliki durasi puasa Ramadan terlama saat ini.
Baca Juga:Habiskan Ratusan Juta Untuk Operasi Plastik, Cosplayer ini Tak Malu Ungkap Dirinya yang Dulu
Di Islandia, imsak datang pukul 01.56 dini hari dan mereka baru berbuka puasa pukul 23.47 hampir tengah malam.
Ini terjadi karena siklus terbit dan terbenamnya matahari di Islandia memang seperti itu.
Berpuasa selama itu tentu memiliki banyak tantangan bagi warga muslim di Islandia.
Seperti dilansir dari Arab News, penduduk muslim Irlandia yang jumlahnya tidak banyak itu mengakui bahwa berpuasa di Islandia bukan hal yang mudah.
"Kami cukup beruntung di sini. Memang puasa selama 22 jam bukan hal yang mudah dijalani. Tetap saja, Allah Maha Baik, kami diberi iklim dan cuaca yang dingin meski sedang musim panas," kata Sverrir Agnarsson Ibrahim.
Baca Juga:7 Kesalahan Film Spongebob yang Tak Disadari, Salah Satunya Antena Rumah Patrick Lenyap
Selain itu, mereka kebanyakan juga tetap bekerja sepanjang hari.
Kebanyakan penduduk muslim berdagang makanan di Islandia, sementara mereka berpuasa, mereka tidak bisa menutup tokonya.
Ini membuat mereka harus tahan berhadapan dengan makanan sepanjang waktu, tapi mereka juga dilarang untuk makan dan minum.
"Biasanya menjelang berbuka puasa, kami berkumpul di masjid. Kami sholat, lalu buka puasa bersama dan membaca Al-Quran sembari menunggu waktu Isya dan Tarawih. Kami juga sering tetap di masjid sampai waktu Subuh tiba," lanjut Sverrir.
Matahari tidak pernah benar-benar terbenam di negara ini.
"Aku telah tinggal di Islandia sejak tahun 1991 dan aku berasal dari Maroko. Menurutku, tantangan terbesar yang harus aku hadapi selama Ramadan di Islandia hanyalah lamanya menunggu matahari terbenam," kata Anbari Redouan, seorang pemilik restoran.
Menurut Anbari, dia tidak pernah merasa kelaparan meski setiap hari harus tetap memasak.
Cuaca dingin Islandia membuatnya tidak terlalu tersiksa rasa lapar, hanya saja dia jadi lebih mudah mengantuk dari biasanya.
Menu berbuka puasa di Islandia yang populer adalah teh remoah hangat dan sup rempah yang disebut dengan sup Harira.
Baca Juga:Di Balik Kode '86' yang Akrab Kita Dengar, Artinya Ternyata Sangat Berbeda Lho
Mereka akan menyantapnya bersama-sama keluarga, atau saat buka puasa di masjid.
Namun, kedua menu itu hanya sebagai menu pembuka.
Karena banyak warga muslim yang berasal dari Timur Tengah, roti dan nasimandhi juga kerap jadi hidangan utama.
Beberapa muslim di Islandia juga mengaku tidak memiliki masalah saat mereka pergi bekerja atau berjalan-jalan sementara orang di sekelilingnya makan.
"Menurutku, puasa bukan sekedar tidak makan. Orang-orang di sekitarku makan, aku tidak tergoda. Ini adalah ibadah. Anggap saja aku sedang merasakan penderitaan orang-orang yang tidak mampu membeli makanan karena tidak punya uang," ungkap salah seorang karyawan muslimah.
Mereka juga akan tidur setelah pulang bekerja karena lelah, tapi mereka berkeyakinan kuat untuk menjalani puasa Ramadan sebaik mungkin hingga Idul Fitri nanti.
Itulah beberapa tantangan puasa Ramadan di Islandia yang harus mereka jalani selama 22 jam setiap harinya.
Baca Juga:Suku Lingon, 'Bule' Asli Indonesia dengan Mata Biru yang Keberadaannya Misterius