Balas Dendam Tak Selesaikan Masalah

K. Tatik Wardayati

Penulis

Balas Dendam Tak Selesaikan Masalah
Balas Dendam Tak Selesaikan Masalah

Intisari-Online.com – Ada seorang pria yang pergi keluar untuk mencari pekerjaan. Saat ia melewati rumah tetangganya, kertas penting jatuh dari saku pria itu.

Tetangganya kebetulan melihat keluar jendela. Ia melihat secarik kertas jatuh, dan ia berpikir, “Ah, orang ini sengaja membiarkan kertasnya jatuh keluar dari sakunya. Ia mencoba mengacaukan halaman rumahku, dan ia benar-benar licik, keterlaluan!”

Tapi, bukannya pergi ke luar dan mengatakan sesuatu, tetangga itu merencanakan balas dendam. Malam itu, ia mengambil keranjang sampah dan pergi ke rumah pria itu. Pria itu kebetulan juga melihat ke luar jendela dan melihat apa yang terjadi. Kemudian, ketika ia melihat sampah-sampah yang dibuang di beranda rumahnya, ia menemukan secarik kertas penting yang ia cari. Ia merobeknya hingga menjadi berkeping-keping. Ia berpikir tetangganya tidak hanya mengambil dari sakunya, tetapi ia telah mengacaukan rumahnya dengan sampah.

Ia tidak mengatakan apa-apa. Sebaliknya, ia mulai merencanakan balas dendam. Malam itu ia menelepon petani untuk mengirimkan sepuluh babi dan seratus bebek. Ia meminta agar mereka dikirimkan ke rumah tetangganya.

Tentu saja, di hari berikutnya, tetangganya kesulitan untuk keluar dari rumahnya karena begitu banyak hewan dan kotoran.

Yakin bahwa ini menjadi trik pengecut tetangganya, ia segera menyingkirkan babi dan bebek itu. Ia pun mulai kembali merencanakan balas dendam.

Begitu seterusnya. Mereka terus mencoba untuk saling balas dendam, semakin besar dan lebih konyol. Menjatuhkan secarik kertas, akhirnya menjadi panggilan sirine kebakaran, pelemparan batu di jendela, dan akhirnya sebuah bom yang menghancurkan rumah pria itu.

Kini, keduanya berakhir di rumah sakit. Mereka harus menghabiskan beberapa waktu berbagi ruang di sana. Pada awalnya mereka menolak untuk berbicara satu sama lain. Tapi, suatu hari, mungkin karena lelah dengan keheningan, mereka pun berbicara.Seiring waktu berjalan, mereka menjadi teman, sampai suatu hari mereka akhirnya berani membahas secarik kertas penyebab insiden. Mereka menyadari bahwa semua itu telah terjadi kesalahpahaman. Jika saja mereka saling berbicara pada kesempatan pertama, semua ini tidak akan terjadi. Bahkan lebih baik lagi, mereka masih memiliki rumah mereka.

Pada akhirnya, fakta bahwa mereka sudah saling berbicara, bahkan menjadi teman, membantu mereka untuk segera pulih dari luka-luka mereka, dan bekerja sama untuk membangun kembali rumah mereka.

Kita tidak perlu menebak atau membayangkan niat orang lain. Berbicara adalah langkah tepat untuk memahami orang lain, dan menjernihkan banyak masalah besar. (*)