Intisari-Online.com - Komunitas Pecinan di Kota Tangerang berada di bilangan Pasar Lama. Lokasi ini bisa ditempuh sekitar satu jam perjalanan dari ruas tol Kebon Jeruk (Jakarta Barat) arah Tangerang (Banten). Wilayah ini memang tak terlampau luas, tetapi menarik ditelusuri sambil berjalan kaki. Apalagi pagi hari, saat kegiatan pasar tradisional berlangsung. Kita dapat menyaksikan transaksi sayur-mayur, produk hewan seperti ikan, ayam dan telur, hingga aneka jajanan pasar serta lauk siap saji khas Cina. Paling terkenal roti baso, es shanghai, kue keranjang, kue mangkok, asinan, serta sate non-halal.
Selain itu, terdapat kios penjaja keperluan sembahyang Kong Hu Cu—termasuk kebutuhan Imlek atau Hari Raya Cina - seperti dupa, lilin merah, bunga potong segar sampai replika busana dan aksesori untuk dibakar saat mendaraskan doa untuk para arwah.
Kelenteng Boen Tek Bio “terselip” di tengah hiruk pikuk Pasar Lama. Tempat peribadatan untuk menghormati Dewi Kwan Im ini adalah kelenteng tertua di Tangerang, dibangun sekitar 1684. Padat peziarah setiap perayaan tahun baru Imlek, Cap Go Meh dan perhelatan Pe Cun atau tradisi mendayung perahu naga yang aktivitasnya berlangsung di Sungai Cisadane.
Satu lagi tempat menarik untuk dikunjungi adalah Museum Benteng Heritage. Lokasinya di sebuah gang sebelum Kelenteng Boen Tek Bio. Di sini kita bakal mendapati keasrian sebuah mansion khas peranakan Cina. Bangunan bertingkat dua ini berisi koleksi benda-benda khas Cina Benteng - begitu julukan kaum Tionghoa di sini - di antaranya perlengkapan upacara pernikahan tradisional Cio Taw.
Lengkapnya keberadaan kelenteng, rumah-rumah khas pecinan (termasuk bangunan yang dijadikan Museum Benteng Heritage) sampai pasar tradisional ini disebabkan peran Belanda di masa kolonial. Pemerintah kolonial ingin menjadikan kawasan Pasar Lama sebagai lokasi pusat permukiman Cina Benteng. Salah satu alasannya untuk berjaga-jaga agar tidak terjadi aksi pemberontakan. (NG Traveler)