Sikat Gigi Seharga Rp 4,7 juta, 6 Detik Dijamin Bersih

hery prasetyo

Editor

Sikat Gigi Seharga Rp 4,7 juta, 6 Detik Dijamin Bersih
Sikat Gigi Seharga Rp 4,7 juta, 6 Detik Dijamin Bersih

Intisari-Online.com - Ini mungkin sikat gigi termahal di dunia. Namanya Blizzident dan harganya 299 euro atau Rp 4,7 juta. Namun, inovasi tim dokter dari Produsen Blizzident ini mengagumkan dan bisa membersihkan gigi dalam 6 detik.Blizzident menggunakan scan dokter gigi yang biasa dipakai untuk memasang kawat gigi, dan sebuah printer 3D yang sangat akurat untuk membuat sikat gigi secara individual."Anda bisa menyikat seluruh gigi secara keseluruhan dalam waktu yang bersamaan, karena itulah Anda bisa menyikat gigi dengan sangat cepat," kata perusahaan itu."Anda juga bisa menyikat gigi pada bagian yang sulit bahkan tanpa harus berpikir mengenai hal itu," tambahnya.Setiap sikat mengandung sekitar 400 bulu lembut. Menurut produsennya, sikat ini menghilangkan kesalahan menyikat gigi yang biasa dilakukan oleh masyarakat. Sikat gigi perdana dengan teknologi ini diklaim bisa dipakai selama satu tahun.Setelah itu, konsumen bisa membeli sikat gigi kedua mereka dengan harga yang lebih murah yaitu kurang dari 100 euro.Penelitian lanjutMeski demikian, para ahli mengatakan perlu penelitian lebih lanjut sebelum akhirnya produk ini dilepas ke pasar.Sikat gigi dengan bentuk konvensional telah lama dianggap cocok bagi kebanyakan orang, tetapi sudah ada beberapa upaya untuk menemukan kembali desain lain.Contoh terbaru dari seorang mantan mahasiswa dari New York School of Visual Arts, yang terinspirasi dari ranting pembersih gigi tradisional, siwak, yang umum digunakan di Timur Tengah dan sebagian Asia.Tongkat siwak yang tumbuh dari pohon jenis Salvadora Persica ini digunakan dengan menggigit bagian kecil tongkat pada setiap kali penggunaan.Mengenai konsep sikat gigi Blizzident, Profesor Damien Walmsley, penasihat ilmiah untuk British Dental Association, mengatakan keselamatan pemakai harus selalu menjadi perhatian utama."Ini sesuatu yang luar biasa, pendekatan yang berbeda," katanya.Sumber: BBC/Kompas.com