Intsiari-Online.com -Tak ada angin dan tak ada hujan, tiba-tiba Merapi kembali meletus. Tidak sebesar 2006 apalagi 2010, tapi tetap saja memunculkan pertanyaan, karena sebelumnya tidak ada tanda-tanda sama sekali.Gunung Merapi yang ada di perbatasan Jogja-Jateng, pada Senin (18/11/2013) kembali meletus dan mengeluarkan uap panas. Boyolali dan sebagin Solo dikabarkan mendapat guyuran debu vulkanik yang bercampur dengan air hujan.
Setelah diteliti lebih lanjut, gempat yang terjadi di pagi disebabkan oleh aktifitas tektonik yang berada di bawah gunung Merapi. Aktifitas ini dianggap berdampak pada bergeraknya magma sehingga mengakibatkan letusan.Dalam sebuah siaran pers, Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, mengatakan bahwa tipe letusan ini masuk dalam kategori letusan freatik.
Secara lebih ilmiah, letusan ini berasal dari lapisan litosfer akibat meningkatnya tekanan uap air. Secara teknik, letusan freatik terjadi jika air hujan yang jatuh ke tanah langsung bersentuhan dengan magma atau bagian tubuh batuan panas yang lainnya.
Air yang terpanaskan akan terakumulasi menjadi uap yang bertekanan tinggi, sehingga mengakibatkan hancurnya lapisan penutup magma yang biasanya berada di bibir kawah gunung.
Meletusnya Krakatau pada 1883, yang kesohor dalam sejarah pergunungapian, juga diyakin sebagai fenomena letusan freatik, tapi dengan kekuatan lebih besar dari letusan Merapi di pagi November 2013.
Gunung api Kilauea di Hawai juga mempunyai catatan panjang ledakan freatik; letusan yang terjadi pada 1924 diperkirakan sukses melemparkan batu seberat delapan ton sejauh satu kilometer. Dalam skala yang lebih besar, letusan freatik biasanya disertai dengan karbon diaoksida atau hidrogen sulfida emisi gas. Debunya bisa menyebabkan sesak napas, karena adanya beberapa racun di dalamnya. (Dari Berbagai Sumber)