Intisari-Online.com - Arsitek asal Jepang, Toyo Ito, punya pandangan menarik mengenai arsitektur. Menurut Ito, arsitektur tidak ubahnya seperti pakaian yang harus menyelimuti manusia.Kepada media yang khusus mengulas desain dan arsitektur, Dezeen, Ito mengungkapkan bahwa selama ini karya-karyanya memiliki banyak variasi. Dia tidak hanya menggunakan satu material atau satu gaya tertentu. Kunci dari semua pilihannya tersebut adalah kedekatan hubungan antara arsitektur dan orang yang yang menempatinya.
(Baca juga: Solusi Perumahan Rakyat Ala Belanda)Memang, publik tidak bisa memungkiri bahwa akhir-akhir ini arsitektur sangat "berjarak" dari manusia. Artinya, sebuah karya arsitektur bisa tampak lebih cantik tanpa adanya penghuni. Namun, bagi Ito pribadi, arsitektur harus tampak lebih cantik dengan kehadiran manusia. Arsitektur Tidak Ubahnya Seperti Pakaian."Banyak arsitektur yang tampak lebih cantik tanpa kehadiran manusia. Namun, saya selalu bersikeras agar desain arsitektur tampak lebih cantik dengan kehadiran manusia," ujarnya.Ito juga menambahkan bahwa kapan pun dia memikirkan mengenai arsitektur, dia menganggap arsitektur selayaknya pakaian. "Ketika saya memikirkan tentang arsitektur, saya memikirkannya seperti sebuah baju yang harus menyelimuti manusia," ujarnya.
(Baca juga: Imajinasi Ruang Dan Bentuk)Selain itu, Ito juga membeberkan bahwa berbagai bentuk yang dia terapkan dalam hasil karyanya berasal dari alam. Hal ini, menurut Ito, menepis atau setidaknya mengurangi jarak antara arsitektur dan alam.Dia tidak ingin orang-orang hidup tanpa mengenal alam, sebanyak mungkin hidup dan bekerja di antara alam. Buktinya, tiga gedung karya Ito, Sendai Mediatheque, Mikimoto Ginza, dan Tod's Omotesando semuanya terinspirasi dari hutan. Arsitektur tidak ubahnya seperti pakaian, jadi harus diperhatikan dengan baik. (Kompas)