Intisari-Online.com - Tim peneliti yang dipimpin Aoki dari Observatorium Nasional Jepang menemukan karakter generasi bintang pertama semesta. Seperti apa bintang generasi pertama itu?
Bintang yang dinamai SDSS J0018-0939 itu satu dari ratusan bintang yang diidentifikasi melalui Survei Langit Digital Sloan (SDSS). “Bintang itu punya pola kimia aneh yang belum pernah ditemukan sebelumnya,” kata Aoki.
Bintang itu punya kadar besi 1.000 kali lebih sedikit daripada yang ada di matahari. Rendahnya kandungan logam adalah ciri awal bintang generasi pertama. Beberapa ratus juta tahun setelah Dentuman Besar atau Bigbang, semesta hanya terdiri atas hidrogen dan helium.
(Baca juga: Ditemukan, Bintang Maharaksasa Kuning yang Langka)
Pada masa itu, tak ada struktur, bintang, ataupun lubang hitam. Setelah bintang generasi pertama terbentuk, fusi nuklir mengubah hidrogen dan helium di inti bintang menjadi elemen lebih berat, seperti karbon, oksigen, magnesium, dan besi.
(Baca juga: Agustus, Saatnya Menikmati Puncak Hujan Meteor Perseid)
Pada masa itulah bintang SDSS J0018-0939 diperkirakan terbentuk. Dari model teoretis, bintang generasi pertama harusnya berukuran ratusan kali Matahari. Namun, bintang ukuran besar itu tak pernah ditemukan. Menurut Aoki, umur bintang besar umumnya pendek, hanya 3 juta tahun. Itu jauh lebih pendek daripada bintang seukuran Matahari yang bisa berumur hingga 10 miliar tahun. (Livescience/KOMPAS)