Redam Marah dengan Jus Jeruk Manis!

K. Tatik Wardayati

Editor

Redam Marah dengan Jus Jeruk Manis!
Redam Marah dengan Jus Jeruk Manis!

INTISARI ONLINE - Banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi kemarahan, seperti mendengarkan musik dengan irama lembut atau hanya dengan menarik napas dalam-dalam. Namun, ada juga cara yang unik meski belum terbukti cukup efektif, yaitu dengan minum segelas jus jeruk manis.

Metode ini memang tidak akan mengubah seseorang menjadi benar-benar sabar dan pemaaf, karena pada beberapa titik kemarahan akan tetap muncul. Tapi paling tidak, campuran gula dalam jus jeruk dapat membuat batas kesabaran lebih longgarlah.

Kuncinya bukanlah dalam jus jeruk tapi pada glukosa atau gula sederhana dalam minuman. Dalam darah, glukosa dikirim juga ke otak sebagai sumber energi, yang berguna juga untuk mengontrol temperamen dan emosi negatif lainnya.

Kurangnya pasokan gula ke otak bisa menyebabkan emosi negatif yang tidak terkendali, sehingga menjadi lebih agresif dan mudah marah. Itu sebabnya, sampai batas tertentu jus jeruk manis dapat mengurangi kemarahan yang meledak.

Manfaat dari minuman jeruk manis tidak hanya harapan teoritis, karena tim dari Ohio State University telah membuktikannya. 62 siswa terlibat dalam percobaan yang dipimpin oleh Profesor Brad Bushman, seperti dikutip Science Daily.

Mereka dibagi menjadi dua kelompok, masing-masing diberi minuman jus jeruk dengan pemanis. Satu kelompok menggunakan gula sebagai pemanis, sementara kelompok lainnya menggunakan pemanis buatan bebas glukosa. Setelah diberi jeda sekitar 6 menit untuk memberikan waktu penyerapan gula ke dalam darah, seluruh peserta diminta untuk menjalani tes reaksi. Tiap orang diprovokasi satu sama lain dengan suara-suara yang mengganggu.

Kelompok dengan pemanis buatan lebih mudah terprovokasi dan lebih agresif pada tingkat kebisingan yang lebih rendah. Sementara, mereka yang minum jus jeruk dengan gula sebagai pemanis, membutuhkan waktu yang lebih lama sebelum kemarahannya terprovokasi.

“Hasil ini menjelaskan mengapa orang dengan gangguan metabolisme glukosa cenderung lebih agresif, seperti penderita diabetes. Banyak gula dalam darah, tapi metabolismenya terganggu sehingga tidak mencapai otak,” demikian menurut Prof. Bushman. (MedicMagic)