Intisari-Online.com - Miliaran produk makanan ataupun obat-obatan yang digunakan manusia telah diterapkan teknologi nanopartikel di dalamnya. Tentu saja tujuannya untuk meningkatkan kualitas pada produk tersebut. Namun, penemuan terbaru menunjukan bahwa penerapan teknologi ini bisa saja menimbulkan bahaya bagi manusia. Ada “dampak tidak terduga” yang berhasil ditemukan.
Penelitian yang dipimpin oleh Michael Shuller mencoba menganalisis bagaimana penerapan nanopartikel berupa polistirena pada tubuh. Polistirena sendiri dalam dosis tinggi membantu penyerapan zat besi. Zat ini juga telah diuji dan disetujui keamanan penggunaannya pada manusia. Biasanya material ini digunakan pada bahan tambahan makanan berupa vitamin.
Para peneliti melakukan pngujian terpaan nanopartikel dalam kadar yang tinggi pada sel usus manusia dan ayam. Alasan para peniliti memilih ayam dikarenakan hewan ini mempunyai kemampuan menyerap zat besi sama seperti tubuh manusia. Selain itu, hewan ini juga memiliki tingkat sensitivitas yang sama seperti manusia ketika kekurangan mikronutrien.
Dalam beberapa menit, bahkan hingga beberapa jam, terpaan polistirena menyebabkan sel usus manusia maupun ayam mengalami penurunan kemampuan menyerap zat besi. Kondisi ini dianggap normal. Namun, terpaan selama 2 minggu menunjukan hasil yang berbeda. Muncul perubahan pada struktur sel usus berupa meningkatnya area resapan.
Di satu sisi perubahan ini menunjukan adanya dampak positif berupa kemampuan tubuh dalam beradaptasi secara fisiologis. Di sisi lain, perubahan yang tidak diharapkan ini dapat memberi dampak negatif karena menyebabkan daya serap sel terlalu tinggi. Sehingga ditakutkan zat-zat berbahaya dapat dengan mudah terserap tubuh.
Manurut Shuler, nanopartikel memang dapat masuk dalam lingkungan kita dengan berbagai cara. Shuler juga berani menjamin bahwa dalam jumlah ringan mereka tidak berbahaya. Namun, mungkin ada dampak “halus” dan tidak terduga yang perlu kita waspadai. (ScienceDaily)