Intisari-Online.com - Para peneliti dari University of Washington, Amerika Serikat, berhasil menemukan manfaat paprika untuk menurunkan risiko Parkinson. Dalam penelitian tersebut, orang-orang yang mengonsumsi paprika sebanyak dua kali dalam seminggu, memiliki risiko 30 persen lebih kecil untuk terkenan penyakit Parkinson dibadningkan mereka yang mengonsumsi paprika kurang dari satu kali dalam seminggu.
Para peneliti beranggapan hubungan tersebut disebabkan oleh suatu substansi yang terkandung di dalam paprika yang sering kita sarankan untuk dihindari, yaitu nikotin.
Baik paprika maupun tembakau berasal dari satu keluarga tumbuhan yang sama: Solanaeae. Akibatnya, paprika, baik yang berwarna merah, kuning maupun hijau, mengandung sejumlah kecil nikotin.
Penelitian sebelumnya juga menunjukkan bahwa nikotin di dalam rokok dan asap rokok mungkin dapat melindungi sel-sel otak tertentu, atau mungkin juga saraf, dari kerusakan yang terkait dengan Parkinson.
Menurut National Parkinson Foundation (NPF), pada penyakit Parkinson, hampir 80 persen saraf yang memproduksi zat kimia yang disebut dopamin, yang berfungsi mengendalikan fungsi otot, mengalami kerusakan.
Sebagai suatu penyakit degeneratif saraf, Parkinson menyebabkan berbagai gejala. Tanda-tandanya antara lain tremor, gerakan yang melambat, kekakuan pada lengan, kaki atau tubuh, serta masalah keseimbangan.
Di AS, dari data National Parkinson Foundation, tercatat sekitar 1 juta penduduk mengidap penyakit Parkinson. Setiap tahunnya, 50.000 hingga 60.000 kasus baru didiagnosis di AS. Untuk di Indonesia memang belum ada data pasti tentang jumlah penderiata Parkinson. Namun sebuah penelitian memiperkirakan dalam 25 tahun mendatang, penderita parkinson mencapai dua kali lipat daripada sekarang dengan jumlah terbesar berada di negara-negara Asia, termasuk Indonesia. (MyHealthNewsDaily)