Intisari-Online.com - Air susu ibu (ASI) adalah makanan bernutrisi dan berenergi tinggi yang mudah untuk diterima bayi. ASI memiliki kandungan yang dapat membantu penyerapan nutrisi. ASI merupakan zat gizi yang mampu memenuhi seluruh kebutuhan bayi terhadap zat-zat gizi yang penting untuk pertumbuhan dan kesehatan sampai berusia enam bulan.
Pasca-enam bulan pemberian ASI saja tidak cukup untuk memenuhi seluruh kebutuhan makanan bayi. Pemberian ASI saja pada usia pasca-enam bulan hanya akan memenuhi sekitar 60 - 70 persen kebutuhan bayi. Sedangkan yang 30 - 40 persen harus dipenuhi dari makanan pendamping atau makanan tambahan. Sementara itu pemberian makanan pendamping ASI yang tidak tepat dalam kualitas dan kuantitasnya dapat menyebabkan bayi menderita gizi kurang.
Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Usia 0 - 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sehingga kerap diistilahkan sebagai periode emas sekaligus periode kritis.
Periode emas dapat terwujudkan apabila pada masa ini bayi dan anak memperoleh asupan gizi yang sesuai untuk tumbuh kembang optimal. Sebaliknya apabila bayi dan anak pada masa ini tidak memperoleh makanan sesuai kebutuhan gizinya, maka periode emas akan berubah menjadi periode kritis yang akan mengganggu tumbuh kembang bayi dan anak, baik pada masa ini maupun masa selanjutnya.
Untuk mencapai tumbuh kembang optimal, di dalam Global Strategi For Infrant And Young Child Feeding, World Health Organization (WHO) dan United International Childrens Emergency Fund (UNICEF), ada empat hal penting yang harus dilakukan yaitu memberikan ASI kepada bayi segera dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir, memberikan hanya ASI saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia enam bulan, memberikan makanan pendamping ASI (MP ASI) sejak bayi berusia enam bulan sampai 24 bulan, dan meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia 24 bulan atau lebih.
Makanan pendamping ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi, yang diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI. Tujuan pemberian makanan pendamping ASI adalah untuk menambah energi dan zat-zat gizi yang diperlukan bayi karena ASI tidak dapat memenuhi kebutuhan bayi secara terus menerus, mengembangkan kemampuan bayi untuk menerima bermacam-macam makanan dengan berbagai rasa dan bentuk, mengembangkan kemampuan bayi untuk mengunyah dan menelan, dan mencoba adaptasi terhadap makanan yang mengandung kadar energi tinggi. Jenis MP ASI diantaranya adalah buah-buahan yang dihaluskan atau dalam bentuk sari buah, misalnya pisang ambon, pepaya, jeruk, atau tomat; makanan lunak dan lembek, misalnya bubur susu dan nasi tim; serta makanan bayi yang dikemas dalam kaleng/karton/sachet.
Pertumbuhan dan perkembangan anak yang normal dapat diketahui dengan cara melihat kondisi pertambahan berat badan anak karena apabila setelah usia 4 - 6 bulan, berat badan anak tidak mengalami peningkatan, menunjukkan bahwa kebutuhan energi dan zat-zat gizi bayi tidak terpenuhi. Hal ini dapat disebabkan karena asupan makanan bayi hanya mengandalkan ASI saja atau pemberian makanan tambahan kurang memenuhi syarat. Di samping itu, faktor terjadinya infeksi pada saluran pencernaan memberikan pengaruh yang cukup besar.
Pengetahuan masyarakat yang rendah tentang makanan bayi dapat mengakibatkan terjadinya kekurangan gizi pada bayi. Fakta menunjukkan bahwa para ibu yang menyusui bayinya masih beranggapan bahwa ASI dapat memenuhi kebutuhan bayi sampai si anak dapat mengajukan permintaan untuk makan sendiri (kira-kira berusia satu tahun). Sebaliknya, apabila orangtua sudah memberikan makanan tambahan maka pemberian ASI sering kali tidak sesuai dengan kualitas dan kuantitasnya sehingga dapat menimbulkan gizi kurang.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian MP ASI antara lain memperhatikan kebersihan alat makan, membuat makanan secukupnya, memberikan makanan dengan sebaik-baiknya, membuat variasi makanan, mengajak makan bersama anggota keluarga lain, tidak memberi makanan dekat dengan waktu makan, dan makanan berlemak menyebabkan rasa kenyang yang lama. Pemberian makanan yang berkualitas dan kuantitasnya baik menunjang tumbuh kembang, sehingga bayi dapat tumbuh normal dan sehat serta terbebas dari penyakit.