Jika bukan ekonomi, lantas apa yang mendorong ayah, ibu dan anak ini untuk melakukan serangan bom?
"Analisis saya, energi terbesar yakni soal pemahaman teologi beku yang diadopsi suami-istri, yang kemudian diperkenalkan ke putra-putrinya dengan waktu sekaligus intensitas yang cukup," ujar Harits.
BACA JUGA: Adik Menyusul Kakak Meninggal Karena Bom, Kisah Pilu Kakak Beradik yang Rutin Bergandengan Tangan
Menurut Harits, pelaku berasumsi bahwa mereka dan kawan-kawannya saat ini tengah menjadi korban kezaliman. Cara mereka dalam mengekspresikan keyakinan pun terhalang langkah-langkah negara melalui aparat keamanan.
Faktor-faktor di atas, lanjut Harits, menstimulasi rasa dendam, keputusasaan dan kenekatan dalam diri si ayah dan ibu.
"Artikulasi puncaknya, mereka memilih sebagai bomber maut, mengajak serta anak-anak mereka," kata Harits.
BACA JUGA: Takut Diselingkuhi? Ini Cara Mudah Menyadap Whatsapp Pasangan
Source | : | kompas.com,tribunnews.com |
Penulis | : | intisari-online |
Editor | : | Yoyok Prima Maulana |
KOMENTAR