Advertorial

Jangan Sepelekan, 5 Fakta dan Mitos tentang Tantrum pada Anak yang Wajib Diketahui Orangtua

Moh. Habib Asyhad
Kontributor 01
,
Moh. Habib Asyhad

Tim Redaksi

Agar orang tua tidak salah paham tentang tantrum dan cara menanganinya, maka dijelaskan  5 fakta dan mitos tantrum pada anak yang wajib diketahui.
Agar orang tua tidak salah paham tentang tantrum dan cara menanganinya, maka dijelaskan 5 fakta dan mitos tantrum pada anak yang wajib diketahui.

Intisari-Online.com - Tantrum merupakan ledakan emosi yang biasa terjadi pada anak-anak.

Seringkali penyebabnya adalah rasa marah.

Ketika anak menendang, memukul, menangis dan menjerit, itulah saat dia mengalami tantrum atau temper tantrum.

Umumnya, tantrum terjadi pada anak-anak mulai dari umur satu tahun.

Namun, bisa makin mudah ditangani seiring bertambahnya usia serta kemampuan berbicara.

Baca Juga:Tips Atasi Temper Tantrum Anak

Ada banyak orang tua yang salah paham tentang tantrum sehingga menanganinya dengan cara yang salah.

Ketahuilah fakta dan mitos tentang tantrum pada anak berikut:

1. Bukan Berarti Anda Orang Tua yang Buruk

Banyak orang tua menganggap diri mereka orang tua yang buruk ketika anak sering mengalami tantrum.

Faktanya, sebaik-baiknya orang tua mengasihi anak, kebanyakan anak tetap mengalami tantrum.

Sering tidaknya tantrum tergantung pada temperamen dan tingkat frustasi anak.

2. Tantrum Bukan untuk Mempermalukan Anda

Jangan pernah berpikir anak melakukan tantrum ketika di tempat umum untuk mempermalukan Anda.

Anak-anak tidak pernah berpikir seperti itu.

Semua sikapnya adalah ekspresi dari perasaan dan kebutuhan, bukan bermaksud untuk mempermalukan Anda.

3. Memberi Permen untuk Menghentikan Tantrum?

Banyak orang tua memberikan permen atau makanan kecil untuk menghentikan tantrumnya.

Sebaiknya hal itu tidak Anda lakukan.

Baca Juga:Terimbas Letusan Gunung Merapi? Begini 5 Aturan Menghadapi Hujan Abu Vulkanik

Dalam menghadapi tantrum, orang tua tidak perlu memberikan memberikan apa yang diminta anak.

Ketika tantrum terjadi di supermarket misalnya, lebih baik Anda mengancam akan pergi bila ia tidak menghentikan tantrumnya.

Ketika Anda terlalu memanjakannya saat tantrum, anak bisa menjadikannya sebagai kebiasaan.

4. Tantrum Mengindikasikan Kekecewaan

Karena kemampuan bahasa atau kemampuan menyelesaikan sesuatu pada anak yang masih rendah, anak bisa merasa kecewa.

Hal-hal sepele seperti tidak bisa memasang lego atau puzzle bisa menyebabkannya frustasi.

Selain itu, kekecewaan juga bisa muncul ketika anak tidak bisa mendapatkan yang diinginkan.

5. Tantrum untuk Mencari Perhatian

Anak-anak bisa saja mengalami tantrum hanya untuk diperhatikan.

Bila dalam tantrum pertama anak mendapat banyak perhatian, biasanya tantrum akan berlanjut lagi di lain waktu.

Lalu, menjadi siklus berkepanjangan sampai sang anak dewasa. (Intisari-Online.com/Juwita Imaningtyas)

Baca juga:Tantrum Juga Bisa Dialami Orang Dewasa: Begini 8 langkah Menghadapi Tantrum Pada Pasangan Anda