Memupuk Minat Baca Anak (2): Lingkungan Tentukan Minat Baca Anak

Birgitta Ajeng

Editor

Memupuk Minat Baca Anak (2): Lingkungan Tentukan Minat Baca Anak
Memupuk Minat Baca Anak (2): Lingkungan Tentukan Minat Baca Anak

Intisari-Online.com -Minat baca anak, kata Henny Supolo Sitepu, pengurus Yayasan Anakku dan penyelenggara Sekolah Al Izhar, sangat ditentukan oleh lingkungannya. Oleh karena itulah menjadi tugas orang tua untuk menciptakan lingkungan yang mendukung.Caranya, bisa dengan memperlihatkan beragam buku yang berisi gambar-gambar, lalu menceritakan isi buku itu. Misalnya, anak dipangku sementara orangtua bercerita isi buku itu.Cara ini dianggap amat efektif. Bisa juga dengan menyimpan buku-buku di tempat yang gampang diraih anak atau di tempat-tempat khusus di antara mainannya.Pada saat membacakan cerita, orangtua juga hanyut dalam bacaan. Sehingga muncul rasa ingin tahu anak, apa yang menarik di balik tulisan itu sampai-sampai bapak-ibu asyik membaca?Rasa ingin tahu ini merangsang anak untuk melakukan hal yang sama. Kalau lingkungan tidak dipersiapkan ke arah sana, sulit bagi orangtua mendapati anaknya berminat membaca.Apalagi kalau orangtua hanya terfokus pada kegiatan belajar anak sementara lingkungan tidak mendukung, bisa jadi anak akan merasa terbebani tugas yang belum menjadi porsinya.Usia dini ideal untuk merangsang kesenangan membaca. Bahkan sejak dalam kandungan anak sudah diajak berbicara, dibacakan cerita, dsb. Hal itu merupakan rangsangan yang akan bermanfaat bagi kemampuan berkomunikasi anak kelak.Glenn Doman pun mengakui, kemampuan membaca pada usia dini sangat mempengaruhi tingkat inteligensi anak. Semakin dini anak membaca, semakin baik ia membaca.Ketika usia 2 - 3 tahun, kemampuan anak menyerap informasi berada pada puncaknya, dan tidak akan pernah terulang lagi.Di Universitas Yale, Dr. O.K. Moore melakukan penelitian ekstensif selama bertahun-tahun mengenai pengajaran membaca pada anak-anak prasekolah. Berdasarkan penelitian itu, lebih mudah mengajar membaca pada anak usia 3 tahun dibandingkan dengan anak usia 4 tahun, usia 4 tahun lebih mudah daripada 5 tahun, dan usia 5 tahun lebih mudah daripada usia 6 tahun.Namun Henny menyarankan dalam mengajar baca-tulis pada anak tetap didasarkan pada pemahaman bahwa belajar merupakan suatu proses, bukan pemaksaan. Alasannya, untuk belajar menulis perlu penguasaan motorik halus.Penguasaan dan pengembangan motorik halus anak tidak muncul secara tiba-tiba, melainkan juga melalui proses. Bisa dimulai dengan bermain meremas-remas malam (lilin) atau bubur kertas untuk dibuat menjadi bentuk tertentu. Bisa juga dengan meronce, bermain air, bermain tanah liat, dsb.Pengenalan gambar dan kemudian menjelaskan gambar itu dengan cerita yang dibuat anak sendiri atau orang tua merupakan kegiatan lain yang menarik minat baca anak. Dengan sering melakukan itu, muncul keinginan anak untuk menulis sendiri ceritanya. Meski masih berupa coretan-coretan dari bunyi yang dikenali anak.Jadi, dalam proses belajar itu ada berbagai kegiatan bermain bersama yang sangat dibutuhkan anak berupa pengenalan gambar, penjelasan isi cerita, dst. Seluruh kegiatan perlu diperhatikan unsur "kesiapan anak", unsur "bermain" (bukan dibebani tugas), dan unsur "kesenangan" (yang menarik anak).(Bersambung)--Tulisan ini dimuat di Buku Kumpulan Artikel Psikologi Anak oleh PT Intisari Mediatama, Cetakan I, April 1999.Judul Asli tulisan ini adalah "Memupuk Minat Baca Anak".