Anak Belajar Bahasa (1): Ingat, Anak Meniru Ucapan Ibu

Birgitta Ajeng

Editor

Anak Belajar Bahasa (1): Ingat, Anak Meniru Ucapan Ibu
Anak Belajar Bahasa (1): Ingat, Anak Meniru Ucapan Ibu

Intisari-Online.com - Para bapak tak perlu cemburu bila dalam dunia bahasa tidak ada istilah father tongue (bahasa ayah), melainkan mother tongue (bahasa ibu) yang mengacu pada bahasa pertama seseorang.Kata Prof. Charlton Laird dalam bukunya The Miracle of Language, alasannya sederhana: karena ibu tinggal di rumah, sedangkan bapak tidak.Itu bukan berarti bapak tidak pernah ada di rumah, tetapi ibulah yang paling banyak berhubungan dengan anak, paling dominan dalam pembinaan fisik dan mental si anak, sehingga ibulah yang dianggap pertama kali mengajari anak berbicara.Ketika anak belum mampu memahami apa-apa dan secara naluriah hanya bisa menangis dan menangis, seorang ibu telah secara sadar mengajarkan anaknya menggunakan bahasa. Bahasa inilah yang kelak akan merupakan salah satu senjata ampuh dalam mengarungi kehidupannya.Si Peniru KecilWilliam Wordsworth tidak mengada-ada bila menjuluki anak-anak sebagai The Little Mimic, si Peniru Kecil. Pada tahap belajar berbicara, seorang anak akan menghabiskan sebagian besar waktunya dengan meniru ucapan-ucapan yang ia dengar dari ibunya.Tidak semua ucapan dapat ditirunya, melainkan terbatas pada yang bersuku kata sederhana. Umpamanya kata "mama" atau "papa". Lalu dengan kata-kata yang berhasil ditirunya, si Peniru Kecil tidak hanya mampu menangis tetapi juga babbling, mengoceh.Ketika meniru, anak tak peduli kalau yang diucapkannya tidak dia mengerti. "Yang penting, asal mirip dulu dah," demikian mungkin pikir si anak. Dapat mengucapkan suatu kata dengan tepat seperti yang diucapkan ibunya sudah merupakan pengalaman yang luar biasa baginya.Betapa berat perjuangan si anak untuk dapat meniru ucapan dengan tepat. Bandingkan saja dengan pengalaman Anda ketika belajar bahasa Inggris: guru Anda jengkel karena Anda selalu mengeja kata very dengan ucapan "peri".Tidak seperti guru bahasa Inggris Anda yang mudah jengkel, seorang ibu akan dengan sabar dan senang hati membimbing anaknya sampai ucapan-ucapan yang salah dan susah dipahami menjadi benar, akurat, dan dimengerti. Bila si anak mampu mengucapkan suatu kata dengan tepat, si ibu akan memberinya hadiah senyuman atau ciuman sayang.Hadiah itu akan membangkitkan kepercayaan diri si anak, dan menyebabkannya mengulangi kembali ucapan yang benar. Proses yang dinamakan penguatan (reinforcement) ini hingga sekarang menjadi dasar penting bagi metode pengajaran bahasa.Seiring dengan perjalanan waktu, si Peniru Kecil tumbuh semakin dewasa, bertambah pula kemampuan berbahasanya. la tidak puas dengan hanya meniru ucapan-ucapan ibunya, tetapi juga terus-menerus menyerap kata-kata baru dari ayah, saudara-saudara, tetangga, dan orang-orang yang ada di lingkungannya.Pada tahap ini perkembangan kemampuan berbahasa seorang anak begitu pesatnya karena motivasi belajar bahasa pada anak sangat tinggi. Si anak mungkin menyadari, kemampuan berbahasanya itu amat berguna, paling tidak untuk menyelamatkan diri dari rasa lapar, haus, dan sakit.Sungguh kurang beruntung jika seorang anak tidak dapat mengungkapkan dengan kata-kata secara benar kalau perutnya sakit. Bila si anak hanya memegangi perutnya tanpa berbicara apa-apa, ibunya mungkin malah menyangka dia kekenyangan.(Bersambung)--Tulisan ini dimuat di Buku Kumpulan Artikel Psikologi Anak oleh PT Intisari Mediatama, Cetakan I, April 1999.Judul Asli tulisan ini adalah "Nak, Itu Namanya Monyet".