Merawat PRT (1): Mereka Bukan Budak

Moh Habib Asyhad

Editor

Merawat PRT (1): Mereka Bukan Budak
Merawat PRT (1): Mereka Bukan Budak

Intisari-Online.com -Kita tentu mafhum, mencari PRT bukanlah perkara yang mudah. Psikolog keluarga, Mira D. Amir, menyebut, PRT tak ubahnya puzzle yang harus dikaitkan dalam rangkaian keluarga. Ada kalanya serpihan itu langsung cocok, tapi tak jarang pula langsung mental.

Saat sudah dapat pun tidak serta merta akan langsung klik dengankeluarga yang bersangkutan. Dimarahilah, diomelin, bahkan banyak juga yang berujung dengan tindakan penyiksaan. Jika sudah demikian, jangan salahkan kalau PRT memilih untuk kabur.

Bukan budak

Psikolog Keluarga dari Yayasan Praktek Psikologi Indonesia, Adib Setiawan, M.Psi, menegaskan, tidak patut rasanya seorang keluarga menuntut lebih kepada seorang PRT. Jikapun ada hal-hal yang kurang dipahami atau gagal dijalankan, tegur dengan ala kadarnya. Bukan dengan teguran keras, atau bahkan penyiksaan.

“Mereka juga manusia yang perasa, jangan salahkan jika sewaktu-waktu kabur gara-gara majikan seenaknya saja kepada para pembantunya,” ujar Adib.

Tak hanya penuntut, seorang PRT juga akan cepat merasa tidak kerasan jika mendapati majikan yang tukang kritik. Kritik memang penting untuk kadar tertentu, tapi jika terlalu sering tanpa ada solusi yang diberikan bukannya semakin membangun, para PRT itu akan sesegera mungkin kabur mencari majikan baru yang lebih baik.

Penting juga memberi waktu para PRT untuk melakukanrekreasi dan melepas penat. Waktunya bisa setahun sekali atau setahun dua kali, tergantung para majikan. Akan lebih baik lagi, jika biaya jalan-jalan dilimpahkan kepada majikan, hitung-hitung sebagai bonus kerja yang mereka lakukan.Artikel ini pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Extra 1001 Solusi untuk Keluarga Muda, dengan judul asli "Merawat PRT Juga Ada Seninya" oleh M. Habib Asyhad.