Intisari-Online.com -Sebuah senyuman dapat memberikan banyak manfaat positif. Hal ini karena, senyum menstimulasi otak dan hormon yang kemudian menimbulkan beragam efek positif bagi seseorang.
Psikolog Vera Itabiliana Hadiwidjojo mengatakan, saat tersenyum, bagian otak yang mengatur emosi bahagia diaktifkan. Dengan senyum, hormon pemicu stres berkurang, sementara hormon pembangkitmoodmeningkat.
Senyuman juga menstimulasi otak yang bisa membuat pikiran lebih positif. Bahkan, dengan tersenyum, seseorang bisa menurunkan tekanan darahnya.
(Baca juga:Antara Sanro, Mallogo, Barongko, dan Soeharto, Inilah Kisah Masa Kecil BJ Habibie)
Bahkan penelitian di Inggris juga menunjukkan, sekali senyuman bisa menimbulkan efek stimulasi di otak setara dengan efek yang didapatkan dari makan 2.000 batang cokelat.
Senyum merupakan cara paling ringan yang bisa dilakukan seseorang untuk mendapatkan banyak manfaat positif. Pasalnya, kata Vera, seseorang hanya butuh menggunakan 17 otot di wajah untuk tersenyum.
Bandingkan saja dengan mengerenyitkan dahi. Seseorang butuh lebih dari 40 otot di wajah saat mengerenyitkan dahi.
(Baca juga:Cara Sederhana Melihat Kesehatan Bayi: Cukup Lewat Kotorannya)
"Banyak orang meremehkan efek senyum. Padahal, senyum lebih ringan dan efektif, selain lebih murah," kata Vera di sela kegiatan perayaan World Oral Health Day 2014 di Jakarta.
Duchenne smile, senyuman dengan manfaat maksimal
Untuk bisa mendapatkan beragam manfaat senyum tersebut, Vera mengatakan, tak semua jenis senyum memberikan dampak sama. Dari beragam tipe senyum, hanya senyum ala Duchenne-lah yang memberikan manfaat paling maksimal.
(Baca juga:Menonton Film Porno Membuat Orang Semakin Religius, Bagaimana Bisa?)
"Duchenne smileyang paling bisa memberi efek stimulasi otak," katanya.
Duchenne smile, ujarnya, hanya terjadi saat seseorang memberikan senyum tulus, yakni ketika otot mata ikut tersenyum. Dengan kata lain, saat tersenyum, mata akan ikut berkerut dan menampakkan gigi. Tipe senyuman ini juga bisa membedakan antara senyum palsu atau sungguhan. (Wardah Fajri/Kompas)