Konseling Pasangan Bukan Cara Mengatasi Relationship Obsessive-Compulsive Disorder

Ade Sulaeman

Editor

Konseling Pasangan Bukan Cara Mengatasi Relationship Obsessive-Compulsive Disorder
Konseling Pasangan Bukan Cara Mengatasi Relationship Obsessive-Compulsive Disorder

Intisari-Online.com – Steven Brodsky, seorang psikolog sekaligus direktur klinis di OCD and Panic Center of New York and New Jersey, memperkirakan setiap tahunnya, sekitar 20 pasien OCD yang dia rawat memiliki relationship obsessive-compulsive disorder.

Dalam penelitian terbaru, 157 pria dan wanita di Israel mengisi kuesioner online untuk mengetahui gejala-gejala relationship obsessive-compulsive disorder. Rata-rata pasangan tinggal bersama selama 15 tahun.(Baca juga:Sering Putus-Nyambung? Bisa Jadi Gejala Relationship Obsessive-Compulsive Disorder)

Meskipun survei ini tidak dapat mendiagnosa relationship obsessive-compulsive disorder, Guy Doron, dari School of Psychology di Interdisciplinary Center (IDC) Herzliya, Israel, yang melakukan penelitian ini memperkirakan sekitar 1 persen dari peserta memiliki kondisi tersebut.

“Ketika Anda terus-menerus mempertanyakan dan terobsesi pada kualitas hubungan atau pada pemenuhan hubungan, ini akan berdampak pada hubungan fisik dan emosional Anda,” ujar Anthony Ferretti, psikolog dengan spesialisasi terapi hubungan, yang tidak terlibat dalam penelitian ini.

Doron menyarankan orang-orang yang memiliki gejala relationship obsessive-compulsive disorder untuk menjalani terapi sendiri-sendiri sebalum memasuki tahap terapi pasangan.

“Faktanya, konseling pasangan biasanya justru dapat memperburuk gejala bagi penderita relationship obsessive-compulsive disorder,” tutur Brodsky.

Dalam konseling pasangan, konselor mungkin akan mencoba menyelesaikan masalah-masalah hubungan tersebut, dan menemukan cara untuk membantu pasangan berkomunikasi lebih baik, atau mendiskusikan kekurangan masing-masing pasangan.(Baca juga:Relationship Obsessive-Compulsive Disorder: Perusak Kehidupan Seksual)

“Jika Anda mulai benar-benar menganalisa isu-isu dalam hubungan, Anda akan mungkin akan ‘mengabadikan’ atau memperburuk OCD tersebut,” tutur Brodsky.

Sebaliknya, orang dengan relationship obsessive-compulsive disorder harus lebih dulu menerima pengobatan untuk OCD. Tujuan pengobatan tersebut adalah “untuk membantu orang-orang mengembangkan toleransi yang lebih besar untuk pikiran-pikiran yang rancu dan mengganggu,” jelas Brodsky. (LiveScience)