Intisari-Online.com - Pertanyaan “Berapa lama kita akan hidup di dunia?” selalu saja menarik. Hal itu pulalah yang membuat sitting-rising test, tes untuk menghitung panjang usia kita begitu terkenal sejak pertama kali dikenalkan pada 1990-an.
Tes sederhana yang dikembangkan oleh Dr Claudio Gil Araujo dari Medicine Clinic di Rio de Janeiro ini, bisa dilakukan di manapun tanpa perlu alat canggih. Cukup alas duduk sekaligus pengaman apabila terjatuh saat kita berusaha berdiri.
Caranya dimulai dengan duduk bersila di atas matras. Lalu, kita harus berdiri tanpa memikirkan seberapa cepat hal itu bisa dilakukan. Yang diamati cuma seberapa banyak bantuan yang diperlukan untuk bisa berdiri.
Bantuan yang dimaksud antara lain meliputi pergerakan tangan atau kaki, misalnya mendorong badan atau sekadar menjaga keseimbangan. Semakin sedikit menggunakan bantuan tangan saat berdiri, maka seseorang memiliki peluang yang besar untuk berumur panjang. Demikian cara sitting-rising test, tes untuk menghitung panjang usia kita, bekerja.
Hasil pengamatan terhadap 2.000 laki-laki paruh baya, telah membuktikan keyakinan tersebut. Dalam pengamatan selama enam tahun, partisipan yang mampu berdiri dari posisi duduk tanpa bantuan tangan atau benda lain, cenderung hidup lebih lama dibandingkan yang lain.
Selama penelitian berlangsung, 159 orang partisipan akhirnya meninggal dunia dengan tingkat kematian rata-rata 7,9 persen.
Partisipan yang butuh banyak bantuan untuk berdiri memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi dibandingkan mereka yang bisa melakukannya tanpa bantuan.
"Fleksibilitas, kekuatan otot, rasio antara kekuatan dan berat badan serta koordinasi bukan hanya bagus untuk aktivitas sehari-hari, tetapi juga sangat mempengaruhi harapan hidup," kata Dr Araujo mengenai sitting-rising test, tes untuk menghitung panjang usia kita, seperti dirilis Discover Magazine yang dikutip Dailymail, Rabu (3/12/2014). (tribunnews.com)
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR