Bengkak Kelenjar di Leher Mungkin Berisiko Gejala Kanker

K. Tatik Wardayati

Editor

Bengkak Kelenjar di Leher Mungkin Berisiko Gejala Kanker
Bengkak Kelenjar di Leher Mungkin Berisiko Gejala Kanker

Intisari-Online.com – Menurut sebuah penelitian baru, mereka yang terus-menerus bengkak kelenjar di leher mungkin berisiko limfoma. Pasien-pasien seperti ini harus dirujuk ke ahli onkologi untuk penyelidikan lebih lanjut. Penelitian ini telah dipublikasikan dalam British Journal of General Practice.

“Penelitian kami terus-menerus telah menunjukkan pentingnya kelenjar getah bening, terutama di leher, sebagai bagian dari kanker,” kata Profesor Willie Hamilton dari University of Exeter Medical School di Inggris.

Tentu saja pembengkakan kelenjar umumnya karena infeksi tenggorokan. Namun pada kanker, ini biasanya lebih besar dan menyakitkan. Telah didiagnosa untuk waktu yang lama bila ini diketahui kanker. Penelitian pun menunjukkan bahwa risiko akan lebih tinggi dari yang diperkirakan sebelumnya.

Sebuah tim peneliti yang dipimpin oleh University of Exeter Medical School, mengatakan bahwa arahan untuk penyelidikan khsusu dapat membantu mencegah banyak kematian setiap tahun dari limfoma, sebagai penyakit yang dapat didiagnosis dan diobati pada waktunya. Tim peneliti juga termasuk ilmuwan dari Universitas Oxford, Cambridge, dan Bangor, dalam dua penelitian terkait.

Kedua penelitian tersebut termasuk pasien di atas usia 40. Penelitian pertama adalah evaluasi skala besar gejala yang menunjukkan non-limfoma. Penelitian melihat data dari 4.7999 kasus, dengan lebih dari 19.000 kontrol. Penelitian kedua menilai dari 283 pasien diatas usia 40 dengan limfoma, membandingkan mereka dengan 1.237 kasus kontrol.

Temuan kedua penelitian tersebut sama mengejutkannya, yaitu membuktikan bahwa sering terjadinya bengkak pada kelenjar getah bening merupakan indikator limfoma.

Penulis utama Dr. Liz Shephard, dari University of Exeter Medical School, mengatakan, “Diagnosis dini sangat penting untuk mengurangi kematian akibat kanker. Kami berharap penelitian ini bisa menjadi masukan pedoman untuk membantu dokter merujuk sebelumnya dan dapat menyelamatkan nyawa.”