Intisari-Online.com – Pada suatu malam di sebuah desa yang terpencil, ada seorang ibu yang hendak melahirkan. Waktu itu, ia di rumah sendirian, hanya ditemani oleh seorang anaknya yang laki-laki. Mereka menelepon ambulan untuk mengantar sang ibu ke rumah sakit.
Saat ambulans dalam perjalanan menjemput mereka, hujan badai menghantam daerah itu. Badai menyebabkan banjir dan tanah longsor, sehingga perjalanan ambulans terhambat. Akhirnya petugas dalam mobil ambulans mencari bantuan di pos polisi terdekat untuk menyelamatkan sang ibu. Polisi pun dapat menyelamatkan sang ibu sehingga ia dapat melahirkan dengan selamat.
Namun, ada satu hal yang dilupakan oleh polisi dan regu penyelamat, yaitu anak laki-laki yang masih berada di dalam rumah. Mereka pun bergegas kembali untuk menyelamatkan anak itu.
Air semakin tinggi, dan hujan pun semakin deras. Setelah melewati badai dengan penuh perjuangan, mereka akhirnya dapat menyelamatkan anak itu dan membawanya ke tempat pengungsian. Anak itu menggigil kedinginan dan merasa sangat ketakutan.
Ia pun bertanya pada salah seorang regu penyelamat, “Apakah bapak ini Tuhan?”
Seorang regu penyelamat bertanya, “Mengapa kamu bertanya seperti itu?”
Anak itu pun menjawab, “Kata ibuku, di saat seperti ini hanya Tuhan yang bisa menyelamatkan kita.”
“Aku bukan Tuhan, Nak, tapi aku temanmu,” jawab orang itu sambil menangis terharu karena melihat betapa besarnya iman anak itu.
Pada umumnya, iman seseorang menjadi lemah ketika “badai” menyerang kehidupan kita. Iman yang kuat memberikan kekuatan bagi kita untuk dapat tetap bertahan dan menanti pertolongan Tuhan, sehingga kita pun terselamatkan dari ancaman “badai” kehidupan. (SD)