Intisari-Online.com - Ada seorang lelaki tua duduk termenung. Meratapi nasibnya yang kurang beruntung. Miskin, dan lagi tidak bekerja. Tiba-tiba ada seorang asing yang membawa seekor angsa besar mendatanginya.
"Coba pelihara angsaku ini!" kata orang asing itu, "Angsaku akan membantumu." Ia meletakkan angsa di depan lelaki tua itu, dan kemudian pergi. Angsa itu dibawanya masuk rumah, dan diberi makanan dan air. Dibuatnya sarang dengan rumput kering.
Pagi harinya, lelaki tua itu dibangunkan oleh suara angsa. Ia bergegas ingin melihatnya. Ia menjumpai sebutir telur emas. Dengan penuh kegembiraan dan heran, ia pergi ke kota untuk menjual telur emas itu.
Pada hari-hari berikutnya kejadian itu berulang kembali. Lelaki tua itu segera membeli apa saja yang ia butuhkan: makanan, pakaian, dan perabot rumah.
Namun lelaki tua itu menjadi serakah. Ia ingin telur emas yang lebih banyak lagi. Ia tidak puas hanya mendapatkan satu telur sehari. Bertanya-tanya dalam hatinya berapa banyak telur yang masih ada di perut angsa itu. Ia tidak mau hanya mendapatkan tujuh telur selama seminggu. Kalau mungkin, ia ingin mendapatkan tujuh telur sehari.
Lantas, ia membunuh angsa itu, membedahnya dan ternyata tidak menemukan satu telur pun. Ia mencoba menghidupkan kembali angsa itu, tetapin gagal.
Orang asing itu mendatangi lelaki tua malang itu dan berkata, “Sudah kukatakan kepadamu, jika kamu memelihara angsaku, ia akan memelihara kamu juga. Sekarang kamu dan aku telah kehilangan dia.”
(Sumber: Buku NATO: No Action Talk Only karya Yustinus Sumantri)