Penyesalan

Birgitta Ajeng

Editor

Penyesalan
Penyesalan

Intisari-Online.com - Seorang tukang kayu bermaksud pensiun dini dari pekerjaannya di sebuah perusahaan konstruksi perumahan. Ia menyampaikan keinginannya tersebut kepada pemilik perusahaan.

Tentu saja, karena tidak bekerja ia akan kehilangan penghasilan bulanannya. Akan tetapi, keinginan si tukang kayu ini sudah bulat. Ia sudah merasa lelah, ia ingin beristirahat dan menikmati sisa hari tuanya yang penuh damai dan ketenangan dengan anak juga istrinya.

Di pihak lain, pemilik perusahaan merasa sedih kehilangan salah seorang pekerja terbaiknya. Ia selalu memohon pada tukang kayu tersebut untuk membuatkan sebuah rumah untuk dirinya, sebagai karya terakhir yang bisa dipersembahkan bagi perusahaan.

Tukang kayu menyetujui permohonan pribadi pemilik perusahaan tersebut, tetapi sebenarnya hati kecilnya menolak dan merasa terpaksa. Pikirnya, si pemilik perusahaan tidak mau rugi, bahkan saat-saat terakhir pun ia masih dipekerjakan. Hatinya tidak sepenuhnya tercurah pada pengerjaan rumah tersebut.

Dengan bahan sekadarnya dan bekerja ogah-ogahan ia pun mengerjakan proyek itu. alhasil, rumah pun selesai dengan hasil yang memang tidak optimal. Ia telah mengakhiri kariernya dengan prestasi yang tidak maksimal.

Ketika pemilik perusahaan itu datang melihat rumah yang dimintanya, sang tukang kayu lalu menyerahkan kunci rumah yang telah dibuatnya tersebut. Sang pemilik rumah mengucapkan terima kasih atas karya terakhirnya itu.

Seraya menyalami sang tukang kayu, ternyata sang majikan (pemilik rumah) menyerahkan rumah yang telah dibangun oleh tukang kayu tersebut, “Ambillah, pakailah rumah ini untuk hari tuamu dan anggaplah ini sebagai ungkapan terima kasih perusahaan terhadap dedikasi dan loyalitasmu selama ini,” demikian pemilik perusahaan menyampaikan kata-kata perpisahan.

Betapa terkejutnya si tukang kayu. Ia merasa malu dan menyesal sewaktu menerima kunci rumah yang telah dibuatnya sendiri. Seandainya ia tahu, bahwa rumah tersebut akan diberikan untuknya, tentu ia akan mengerjakannya dengan sungguh-sungguh.

(Sumber: Buku Setengah Isi Setengah Kosong karya Parlindungan Marpaung)